Hastowohadi, Direktur PERIISAI (Foto: Istimewa) |
Menulis, meneliti, mengabdi, dan mengajar adalah sederet rangkaian tugas dari seorang dosen. Banyak hal yang harus dipersiapkan dan diperhitungkan untuk bisa menjalankan semuanya secara seimbang. Itulah pesan yang disampaikan oleh Hastowohadi alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sukses menjadi akademisi yang “seimbang”.
“Dosen saat ini seolah dikejar-kejar target untuk menerbitkan artikelnya di jurnal internasional terindeks Scopus padahal dosen juga punya banyak agenda lainnya yang harus dikerjakan secara seimbang,” jelas Hastowo.
Pria yang lahir di Desa Cluring, Banyuwangi ini besar di keluarga pendidik. Ibunya berprofesi sebagai guru TK dan ayahnya seorang PNS guru SD dan SMP yang kemudian menjadi pengawas. Karir keduanya kemudian menjadi pemantik semangat bagi Hastowo untuk menekuni profesi yang sama.
“Ayah dan Ibu saya berprofesi sebagai pendidik. Kurang lebih, profesi orang tua saya ini memberikan suntikan semangat pada saya untuk menekuni hal yang sama,” terang dosen Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi ini.
Sebelum resmi mendapatkan ijazah pendidikan magisternya, Hastowo telah resmi menjadi dosen di kampus tempat ia mengajar saat ini. Dituturkan olehnya, di awal menjadi dosen ia menyadari betul bahwa ia masih awam dalam dunia riset dan publikasi. Padahal, dua hal itu adalah nyawa dari profesinya.
Baca Juga : Dekatkan Peluang Kerja, FPP UMM Gelar Kuliah Industri Profesional Unggas
“Sebelum lulus S2 sudah jadi dosen, tapi pengetahuan saya tentang riset dan publikasi sangat minim,” tuturnya.
Sadar akan kondisi tersebut, Hastowo giat belajar dari satu seminar ke seminar lainnya. Tidak jarang, ia harus berhutang pada teman demi bisa mengikuti seminar tentang riset dan publikasi.
“Pernah, saya nekat berangkat dengan sepeda motor sendirian ke Solo untuk ikut konferensi, padahal belum bayar. Alhamdulillah di detik akhir ada teman yang minjami,” jelas pria yang memulai karir sebagai guru SMK ini.
Tidak disangka semangatnya mengikuti berbagai seminar membawanya berkenalan dengan Prof. Handoyo Puji Widodo, dosen King Abdulaziz University, Jeddah, Saudi Arabia yang mematahkan kegusarannya akan sulitnya melakukan publikasi ilmiah.
Baca Juga : Fokus pada Psychological First Aids, Maharesigana UMM Kirim Relawan Tahap Kedua
“Tak hanya mengajari bagaimana menjadi peneliti dan penulis yang andal, Prof. Handoyo benar-benar menekankan bagaimana menerbitkan artikel Scopus tak berbayar. Dalam bahasa beliau, ini Scopus Syariah. Publikasi artikel Scopus yang tidak berbayar,” tambahnya.
Tak hanya aktif mengajar, Hastowo bersama ketiga koleganya Sandy Ferdiansyah, Rahman, dan Inayatul Mukaromah juga mendirikan “Komunitas Menulis Banyuwangi” pada tahun 2017. Berdirinya komunitas yang mewadahi para dosen-peneliti, akademisi, dan praktisi untuk saling belajar dan menghasilkan karya nyata di publikasi riset dan buku ini juga tidak lepas dari peran dan tangan dingin Prof Handoyo.
Terus bertumbuh, di awal tahun 2021 komunitas ini berganti nama Perkumpulan Peneliti dan Penulis Ilmu Sosial Indonesia (PERIISAI) dengan Hastowo sebagai direkturnya. Komunitas yang telah berbadan hukum ini telah memiliki 300 anggota aktif.
“Jujur saya tidak menyangka akan ditunjuk sebagai direktur. Namun, atas dukungan dari sesama founder dan juga Prof. Handoyo, saya memberanikan diri untuk melaksanakan amanah itu,” tandasnya. (*/adr/sil)