Bantu Pasarkan Tape Singkong Banjarsari Lewat Medsos

Author : Humas | Sabtu, 03 Agustus 2019 10:10 WIB
Aprilia Devi Anggraini S.pt, M.sc sedang menjelaskan materi. (Foto: Istimewa)

SINGKONG memang jadi komoditas yang melimpah di Desa Banjarsari Kabupaten Malang. Hanya saja, pengetahuan seputar pemasaran produk masih jadi masalah tersendiri. Potensi yang seharusnya bisa dilejitkan ini ditangkap oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 94 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan mengadakan pelatihan penggunaan media sosial sebagai alat pemasaran, Selasa (27/7) lalu.

Pelatihan ini merupakan salah satu program kerja yang dibuat oleh divisi Ekonomi dan Kewirausahaan (KWU) dari kelompok KKN 94 UMM. Pelatihan sehari ini mengundang salah satu dosen Fakultas Pertanian dan Perternakan (FPP) dari UMM yaitu Aprilia Devi Anggraini S.pt, M.sc sebagai pemateri. Aprilia menangkap bahwa potensi olahan singkong berupa tape ini bisa meningkatakn penjualan melalui media sosial.

Baca juga: Jombang Minta UMM Lejitkan Potensi Daerahnya

Pelatihan dimulai dengan memberikan tips dan trik dalam pengembangan produk seperti kemasan, label serta inovasi varian olahan tape. Lalu dilanjutkan dengan penjelasan umum mengenai media sosial yang biasa digunakan sebagai media pemasaran. Setelah dijelaskan mengenai media sosial, peserta langsung diajak untuk mempraktikkan cara menggunakan media sosial untuk pemasaran secara online.

Target kami ini Kelompok Wanita Tani (KWT), anggota PKK, dan pelaku wirausaha. “Sebelumnya sudah sering ada pelatihan pemasaran, tapi ini sudah baik karena mengajarkan langsung cara berjualan di Facebook. Tantangannya, masyarakat masih banyak yang kurang paham tentang cara menggunakan hp apalagi media sosial seperti itu” ucap Solikha, ketua Kelompok Wanita Tani yang menjadi salah satu peserta.

Baca juga: Dosen UMM Gagas Kaderisasi Petani Kopi Berbasis Literasi

“Produk di sini sebetulnya sudah sesuai dengan  komoditas unggulan yang diharapkan oleh masyarakat. Jadi lebih tepatnya kami cuma membantu melatih dalam pemasaran melalui media social. Selain itu, kami juga mendampingi mereka dalam proses pengemasan serta menyertakan logo produk itu sendiri agar memiliki nilai jual lebih tinggi dari sebelumnya,” ucap Dhiva, ketua pelaksana dari pelatihan tersebut.

Banyak cara yang dilakukan untuk mengembangkan usaha tape singkong ini. Hanya saja, selama ini proses pemasarannya belum mampu menaikkan penghasilan yang signifikan. “Tape ini adalah hasil olahan home industry. Biasanya setiap outlet tape menjual produk tapenya dalam bentuk kwintal ke beberapa kota seperti Tulungagung, Blitar, dan Batu. Semoga lewat medsos bisa menaikkan penjualan,” terang Dhiva. (*/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image