Para dosen sedang memberikan alat penyuir daging ikan ke petani (Foto : Istimewa) |
Demi menjalankan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, tiga dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lakukan pengabdian berupa Program Penerapan Teknologi Tepat Guna (PPTTG). Dr. Iin Hindun, M.Kes, Ir. Mulyono, MT. dan Husamah, S.Pd., M.Pd. menggaet warga di Kepulauan Sapeken, Kabupaten Sumenep dalam pelaksanaannya. Tiga dosen ini fokus mengatasi permasalahan pada kelompok Industri Rumah Tangga (IRT) dan juga kelompok nelayan.
Agenda pengabdian itu mendorong IRT yang diberi nama Dapoer Emmak untuk lebih produktif dan menghasilkan lebih banyak produk makanan. Selain itu, program ini juga menggaet kelompok nelayan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan yang sudah ada melalui teknologi tepat guna.
Baca juga : UMM Gelar Kolokium Doktor, Bahas Solusi Produksi Pangan
Saat ditemui di kantornya, Iin Hindun menjelaskan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki beberapa masalah. Salah satunya adalah tingkat kehigienisan pada produk olahan hasil laut yang dirasa kurang maksimal. Hal tersebut disebabkan karena alat yang kurang memadai. Selain itu alat yang digunakan juga tidak tahan lama dan cepat rusak. Sementara itu, kelompok nelayan merasa bahwa hasil tangkapannya kurang serta tidak tahan lama. Ketahanan bahan bakar juga menjadi masalah bagi nelayan setempat.
“Melihat beberapa masalah ini, kami tergerak untuk memberikan peningkatan dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang bisa menjadi solusi untuk IRT dan nelayan,” tegasnya menambahkan.
Ketiga dosen UMM tersebut memberikan alat penyuir daging ikan untuk memudahkan proses pembuatan abon. Alat penyuir abon tersebut sekaligus menjadi jawaban untuk masalah produksi makanan yang tidak tahan lama. “Tingkat kebersihan produk juga meningkat seiring penggunaan alat ini. Produksi makanan yang dihasilkan kelompok Dapoer Emmakn jadi lebih higienis,” ungkap Iin.
Baca juga : Student Day UMM, Pacu Prestasi di Tengah Pandemi
Di samping itu, mereka juga memberikan solusi akan ketahanan bahan bakar yang dialami oleh nelayan setempat. Energi Solar menjadi jawaban atas masalah tersebut. Dengan menggunakaan alat tersebut, nelayan bisa menghemat biaya bahan bakar. Selain itu juga menghilangkan rasa takut nelayan akan kehabisan bahan bakar di tengah perjalanan.
Tidak cukup sampai di situ, ketiganya juga memberikan pendingin ikan dalam perahu. Nantinya pendingin itu dapat membuat tangkapan para nelayan menjadi lebih awet dan tahan lama. “Bahan bakar berbasis solar cell ini menjadi inovasi tersendiri dalam memudahkan nelayan sapeken yang takut bakan bakarnya cepat habis. Sementara alat pendingini bisa memperlambat proses pembusukan ikan sehingga tangkapan jadi lebih tahan lama,” pungkas Iin Hindun di akhir sesi wawancara. (haq/wil)