Di Era Industri 4.0, Perempuan dan Laki-Laki Punya Kesempatan yang Sama

Author : Humas | Rabu, 06 Maret 2019 17:04 WIB
Walikota Batu Dra. Dewanti Rumpoko, M.Si. (Foto: Rino/Humas)

MENURUT Badan Pusat Statistik (BPS), hanya ada 30 persen pekerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematik. Data ini disampaikan Walikota Batu Dra. Dewanti Rumpoko, M.Si. di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (6/1). Dewanti didapuk sebagai pembicara talk show peringatan Hari Perempuan Internasional 8 Maret mendatang.

Disebut Dewanti, di era Industri 4.0, laki-laki dan perempuan sebetulnya memiliki peran dan kesempatan sama besarnya untuk maju. “Tantangannya sekarang, bagaimana mengubah sikap permisif dan praktek budaya yang membatasi kemajuan perempuan melalui pendidikan untuk memperkecil kesenjangan antara kaum perempuan dan laki-laki. Perlu program-program pemberdayaan bagi kaum perempuan,” ungkapnya.

Hadirnya Revolusi Industri 4.0, disebutnya harus dapat dikelola dengan baik oleh kaum perempuan, karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi posisi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia. “Karena perempuan memiliki peran yang sangat strategis, sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus juga memiliki peran dalam masyarakat,” sambung Dewanti yang sekaligus memamerkan kesuksesannya memimpin Kota Batu.

Baca juga: Puluhan Perusahaan Manufaktur dan Jasa Semarakkan Job Fair UMM

Bagi Dewanti, perempuan harus kreatif dan berpendidikan tinggi. Agar luaran  kebermanfaatannya dapat terasa secara nyata. Dalam dunia pendidikan, lanjutnya, perempuan juga harus memiliki orientasi pendidikan setinggi mungkin. Supaya ketika menjadi seorang ibu, perempuan dapat menjadi tempat pertama untuk memperluas wawasan anaknya. “Jangan kalah dengan laki-laki, perempuan juga bisa!” serunya.

Sementara, kembali ditegaskan pemerhati gender dan akademisi program studi Ilmu Pemerintahan UMM Dr. Tri Sulsityaningsih, M.Si. bahwa di era Industri 4.0, peran perempuan di dunia kerja semakin penting. Di sisi lain, Tingkat  Partisipasi  Angkatan Kerja (TPAK) pada awal tahun 2018, berdasarkan data BPS, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 55,44 persen.

Sayangnya, sambung Tri, untuk mencapai kesetaraan peran perempuan dan laki-laki masih menemukan banyak hambatan. Utamanya, kesenjangan akses dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi antara perempuan dan laki-laki masih cukup besar. Mengutip data International Telecommunication Union (ITU), menunjukan prosentase pengguna teknologi informasi dan komunikasi perempuan masih lebih rendah.

Baca juga: Di UMM, BTN Ajak Mahasiswa Melek Peluang Jadi Pengusaha Properti

“Faktor-faktor penghambat perempuan di negara berkembang dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi adalah pendidikan, keaksaraan, bahasa, waktu, biaya, norma sosial dan budaya. Perempuan Indonesia merupakan pengguna Internet yang aktif, namun memiliki literasi digital yang rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya pelatihan, latar belakang pendidikan yang rendah, dan lainnya,” katanya.

Perempuan sebagai partner dalam pembangunan dewasa ini harus meningkatkan kemampuannya di segala aspek, termasuk dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. “Kemampuan individu untuk bisa mengakses informasi di era digital merupakan hal penting, termasuk bagi perempuan. Berbagai usaha ini sebagai bagian dari peningkatan kapasitas perempuan agar ikut berperan secara aktif,” tandasnya.

Di saat bersamaan, wakil Gubernur Jawa Timur Dr. H. Emil Elestianto Dardak, M.Sc. rawuh di UMM untuk mengisi kuliah umum. Dalam kesempatan ini, ia memaparkan strategi dan implementasi Nawa Bhakti Satya atau sembilan program unggulan kepemimpinan Khofifah-Emil. Emil hadir mewakili Gubernur Jawa Timur Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. yang berhalangan hadir pada kesempatan ini. (mir/bel/usa/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image