Diklat Bela Negara Bagi Aktivis UMM, Gembleng Bibit Pemimpin Masa Depan
Author : Humas | Jum'at, 23 Agustus 2019 14:07 WIB
|
Dr. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum., Wakil Rektor III UMM memberi selamat pada segenap aktivis mahasiswa pasca dilantik sebagai pengurus lembaga intra dan UKM UMM. (Foto: Mirza/Humas) |
Para aktivis mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkesempatan mengikuti kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM). Momen ini menjadi kesempatan berharga bagi para aktivis mahasiswa untuk memperdalam keilmuan terkait kepemimpinan dan segala hal tentang pengelolaan organisasi. Agenda ini diprakarsai oleh Biro Kemahasiswaan UMM.
Acara yang digelar empat hari sejak 19 hingga 22 Agustus ini diikuti oleh seluruh elemen organisasi internal mahasiswa dan organisasi otonom Muhammadiyah di UMM. Mulai dari Badan Eksekutif Mahasiswa, Senat Mahasiswa,Unit Kegiatan Mahasiswa, hingga Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) . “Semuanya dilatih menjadi pemimpin yang baik,” jelas Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi., selaku ketua panitia.
Menurut Zainul, para aktivis mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan dirinya untuk menjadi public figure yang ideal bagi mahasiswa lainnya. Di antaranya menjadi pribadi yang kreatif dan kritis. Hal tersebut dilatih melalui LKMM. Agenda ini merupakan upaya UMM dalam rangka mengembangkan softskill dan hardskill para mahasiswa yang berkomitmen menjadi bagian dari perubahan bangsa.
|
Para peserta LKMM saat mengikuti upacara Diklat Bela Negara. (Foto:Mirza/Humas) |
Ada yang baru pada gelaran LKMM tahun ini, yaitu Diklat Bela Negara. Diklat ini difasilitasi langsung oleh Resimen Induk Kodam V/Brawijaya Kota Malang. Pelatihan yang diberikan di antaranya pelatihan kedisiplinan dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bagi masyarakat sipil. Diklat diadakan di lapangan UMM pada Kamis pagi (22/8) dan disusul dengan pelantikan para pengurus organisasi mahasiswa.
“Slogan dari Muhammadiyah untuk Bangsa bukan sekedar jargon,” ungkap Dr., Drs., H. Joko Widodo, M.Si., Asisten Khusus Rektor Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kemahasiswaan UMM saat didaulat sebagai pembina upacara penutupan LKMM 2019. Itu, lanjutnya, adalah pekikan semangat untuk menjadi bagian perubahan Indonesia yang dimulai dari UMM. Slogan unnu juga musti dilaksanakan dengan serius.
Bagi Joko, mahasiswa yang memutuskan dirinya menjadi pengurus organisasi di kampus artinya telah menghibahkan diri untuk kebermanfaatan bersama. Empat hari yang telah dilalui bukan semata-mata kegiatan belajar. Tentunya ke depan harus diaplikasikan dalam menjalankan peran sebagai aktivis mahasiswa. “Tidak ada yang lebih pandai, semuanya belajar. Mari bersama-sama,” ajak Joko. (mir/can)
Shared:
Komentar