Dosen UMM Gagas Kaderisasi Petani Kopi Berbasis Literasi

Author : Humas | Kamis, 01 Agustus 2019 14:04 WIB
Pihak UMM dan pemerintahan desa Amadanom sedang berjabat tangan (Foto: Istimewa)
KOMODITAS kopi dan aktivitas ngopi menjadi alat pemersatu utamanya kelompok milenial. Disamping itu, sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa komoditas kopi telah lama menjadi unggulan wilayah beriklim tropis, salah satunya yang berada di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bahkan, kecamatan dengan luas 135,57 kilometer persegi tersebut menyandang predikat sebagai Kota Kopi. 
 
Terhitung sudah tiga generasi melakukan budidaya kopi. Salah satu desa di wilayah Kecamatan Dampit yang memiliki keunggulan komoditas perkebunan kopi tersebut adalah Desa Amadanom dengan luas wilayah 6,11 kilometer persegi. Topografi desa yang berbukit ditambah dengan iklim yang mendukung, menjadikan Desa Amadanom sebagai primadona bagi komoditas tanaman kopi berjenis robusta.
 
“Tetapi, meski begitu, potensi tersebut belum di dukung dengan komitmen generasi muda dalam melanjutkan proses regenerasi agar potensi perkebunan kopi robusta tersebut tetap eksis bahkan semakin ekspansif. Tidak sedikit diantara mereka yang lebih memilih menjadi pekerja migran bahkan sampai ke luar negeri,” ungkap M. Saprin Zahidi, akademisi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
 
Baca juga: Lewat Outbond, Mobil Pintar UMM Bikin Dua Sekolah Ini Kompak
Fenomena tersebut yang kemudian menginspirasi tim Pengabdian Masyarakat UMM yang diketuai oleh M. Saprin Zahidi dan beranggotakan Hutri Agustino, Havidz Ageng dan Erfan Dani untuk mengajukan proposal Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ke Ristekdikti untuk pendanaan Tahun 2019. Setelah melalui serangkain seleksi termasuk verifikasi lapang, proposal tersebut dinyatakan layak. 
 
Sebagai awal dari pelaksanaan program tahun jamak tersebut adalah launching kelas literasi kopi yang langsung dibuka oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Malang, Drs. Suwadji., S.IP. M.Si. Kelas literasi kopi tersebut terbagi dalam delapan sesi tematik dengan melibatkan 25 kader petani kopi usia produktif yang tersebar dari beberapa dusun di wilayah Desa Amadanom. 
 
Baca juga: BIPA UMM Latih PTN/PTS Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing
 
Beberapa tema utama yang disampaikan oleh para narasumber mulai dari membangun mentalitas petani kopi kaum milenial sampai  pada pengolahan kulit biji kopi menjadi pupuk cair sebagai nilai tambah (value added). “Di akhir kelas, direncanakan akan digelar festival kopi robusta hasil dari proses kaderisasi yang sekaligus penyerahan sertifikat lulus pelatihan,” terang Saprin, Rabu (31/7). 
 
“Kegiatan PPDM yang dilakukan para dosen UMM ini diharapkan mampu memberikan dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat lokal. Utamanya bagi mereka yang selama ini beranggapan bahwa menjadi petani kopi tidak memiliki prestis,” tandas Saprin. Kaderisasi petani kopi berbasis literasi ini, lanjutnya, tidak berhenti di sini. Melainkan akan digelar di sejumlah wilayah penghasil kopi lainnya. (*/Can)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image