Ivana saat mengunjungi Museum Louvre (Musée du Louvre) di Paris, Prancis. (Foto: Istimewa) |
RIDHO Allah berawal dari ridhonya orang tua. Keyakinan inilah yang ditanamkan Ivana Nabilah Qoriroh Mujahidah, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) atas semua pencapaiannya selama ini. Termasuk mendapat kesempatan berkeliling Eropa dan merasakan kuliah selama enam bulan di benua biru itu. Cerita itu dimulai berkat dorongan sang ayah, Dr. Zainul Mujahid, M.Hum., yang menyarankannya berkuliah di Kampus Putih UMM lantaran dikenal sebagai kampus yang banyak memberikan kesempatan belajar ke luar negeri.
Di tahun 2019 lalu, selama enam bulan lamanya, dara pecinta puisi ini beruntung bisa mengkonversi sejumlah mata kuliah yang ditempuhnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM, di Universidad De Murcia, Spanyol. Tidak sampai menyia-nyiakan kesempatan, Ivana juga berkeliling ke 14 negara di Eropa sambil menapak tilas sejarah kejayaan Islam di sana. Cerita perjalannya itu Ia rangkum ke dalam sebuah buku yang bakal diterbitkannya dalam waktu dekat. Putri dari Mariya Ulfa, S.E. ini terpilih menjadi salah satu mahasiswa UMM yang berhasil mendapat beasiswa Erasmus+ Programme.
“Awalnya saat baru lulus dari SMA Islamic Boarding School Ar-Rohmah Putri, saya sudah keterima di salah satu perguruan tinggi di Malaysia. Itu kehendak Ayah. Tiba-tiba, h-4 keberangkatan, Ayah nggak mengizinkan. Alasannya waktu itu karena saya baru keluar dari pondok (setelah 6 tahun mondok), juga saya anak perempuan. Ayah selalu bilang: banyak jalan menuju Roma. Singkat cerita, Ayah mendaftarkan saya di UMM. Pinginnya mengambil jurusan Bahasa Arab, tapi Ayah berkehendak saya ambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,” kisah Ivana saat diwawancarai, Sabtu (16/10).
Baca juga: Ingin Studi Islam Ke Negara Non-Arab Karena Termotivasi Dosen
Tekad Zainul menguliahkan sang putri di Kampus Putih UMM bukannya tanpa alasan. Ia coba meyakinkan Ivana bahwa UMM adalah World Class University yang pada saatnya akan mengantarkan anaknya terbang ke luar negeri, terlebih Eropa. Impian Zainul pun terwujud. Sebelumnya, bahkan selama berkuliah, UMM sudah sempat mengantarkan Ivana untuk berlaga debat dan menjadi 20 Besar di ajang Bilingual Speech of South-east ASIA of PT Ihtifal ASEAN, Malaysia. Ivana juga sempat mengikuti ajang yang sama di Singapura. Tentunya dengan sokongan dana dari universitas.
Di sisi lain, lulusan terbaik FKIP UMM pada wisuda Selasa, 20 Oktober 2020 ini, dipesankan sang ayah dan ibunya untuk selalu dekat dengan al Quran. Tak sekadar menunaikan amanah, Ivana bahkan menseriusi harapan kedua orang tuanya itu dengan menghafal al Quran dan juga mengikuti banyak kompetisi al Quran. Tak sedikit lomba yang Ia menangi. Ia juga mengaku sebagai pencinta puisi. Hobi ini diturunkan dari Sang Ibu. Tak hanya menjadikannya hobi, ia juga sampai memenangi banyak perlombaan. Misalnya menjadi Juara 1 Cipta Puisi dalam rangka Malam Puisi Airlangga Surabaya.
Ivana saat ini tercatat sebagai salah satu staf pengajar di MI Manarul Islam, Kota Malang. Ada prinsip yang Ia pegang hingga saat ini tentang bagaimana seorang guru seharusnya. Ivana menyebutnya sebagai 3 kunci ideal yang harus terinternalisasi dalam diri seorang guru yakni pertama, metode lebih penting dari pada materi; kedua, guru lebih penting dari pada metode; ketiga, ruh seorang guru lebih penting dari pada guru itu sendiri. “Guru harus memiliki invisible touch atau sentuhan tak terlihat. Yakni seorang guru harus ikhlas dalam mengajar,” pungkas Ivana. (can)