Kemenag Pesankan Ini Kepada Lulusan PPG UMM

Author : Humas | Senin, 24 Februari 2020 15:30 WIB

Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. saat Gelar Kelulusan dan penyerahan sertifikat PPG UMM. (Foto:Rizki/Humas)

 
“Dari yang saya lihat saat masuk keruangan ini yang terpancar adalah kebahagiaan, tentu anda sudah tahu perjuangan dan tugas berat para guru. Program Profesi Guru (PPG) ini merupakan salah satu instrumen dalam meningkatkan mutu guru,” ujar Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. selaku Direktur Direktorat GTK Madrasah Kementerian Agama RI (Kemenag RI) pada sambutannya dalam Gelar Kelulusan dan penyerahan sertifikat PPG Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). 
 
“Saya berani mengatakan apakah guru yang sudah ikut PPG, kemudian kalian bisa menjamin dirinya sudah bermutu?” lanjut Suyitno. Bermutu itu adalah sebuah proses, bermutu itu never ending, never stoping. Jadi PPG ini hanyalah proses. Karena ke depan akan ada Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) meliputi pengembangan diri serta karya inovatif dan lain sebagainya.
 
“Masih banyak yang harus dilakukan. Jadi proses panjang tidak hanya dilalui melalui PPG. Jadi ini adalah satu bentuk rehat dan refresh setelah sekian lama melakukan pengajaran di sekolah. Dimana kita mendapatkan pengayaan info baru, pengayaan pembelajaran dan siswa kita butuh itu, butuh hal-hal baru,” sambung Suyitno di Teater Dome UMM. Sabtu (22/2).
 
Baca juga: Nobar Film Jejak 2 Ulama Momentum Junjung Persamaan Muhammadiyah dan NU

 

Pada gelar kelulusan dan penyerahan sertifikat pendidik PPG Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM periode 4 berasal dari Program Studi (Prodi) Matematika, Biologi, B. Indonesia, Bahasa Inggris, PPKN, dan PGSD. Dengan  PPG Dalam Jabatan (Daljab) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejumlah 308 Mahasiswa, terdiri dari Prodi Matematika berjumlah 57 Mahasiswa, Biologi 26 mahasiswa, Bahasa Indonesia 67 Mahasiswa, Bahasa Inggris 91 mahasiswa, serta PGSD 67 Mahasiswa. 
 
Adapun PPG Dalam Jabatan (Daljab) Kementerian Agama (Kemenag) sebanyak 108 mahasiswa yakni 28 orang dari Pendidikan Bahasa Indonesia, 25 orang Pendidikan Kewarganegaran, 55 orang Pendidikan Bahasa Inggris dan berasal dari 11 provinsi, 26 Kabupaten Kota. Dengan jumlah total sebanyak 416 mahasiswa, yakni 105 (25%) Laki-laki dan 311 (75%) Perempuan.
 
Salah satu guru Program Profesi Guru (PPG) turut berbagi cerita saat mengikuti PPG, “Tidak hanya disini saja, selama tiga bulan kami di Labuhan Bajo harus bolak-balik ke kota untuk mengikuti pembelajaran Daring (pembelajaran online), bahkan saya awalnya tidak tahu caranya memakai komputer, laptop, serta bagaimana menyetel proyektor di kelas,” ungkap Kamsin S.Pd. Gr salah satu peserta Kelulusan PPG UMM.
 
Baca juga: LPPI UMM Dampingi Dosen Muda Naikkan Akreditasi Jurnal Baru TBI

 

“Namun, ketika sampai di sini saya mempelajari itu semua. Sehingga guru yang awalnya biasa saja sekarang harus lebih profesional, harus tahu materi apa yang di sampaikan, teori apa yang disampaikan, indikator apa yang akan dilakukan. Ada banyak manfaat yang kami dapat di PPG. Ini menunjukan bahwa kepedulian pemerintah terhadap pendidikan itu sangat tinggi,” lanjut pria asal SMPN Satu Atap Pulau Messah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTT) ini.
 
“Untuk menjadi guru itu, harus siap kerja cerdas. Tidak hanya menyiapkan RPP saja. Lalu kerja mawas yakni dengan ikhtiar, berdoa dan tawakal. Sehingga tidak hanya bekerja dengan hati-hati saja. Kemudian harus kerja tuntas. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah kerja ikhlas. Dan harus diimbangi dengan kerja keras. Dengan begitu mudah-mudahan akan membawa keberkahan di masa yang akan datang,” jelas Dr. Poncojari Wahyono, M.Pd Dekan FKIP UMM. 
 
“Saya mencoba mentabulasi diksi yang dipakai oleh pak Dekan, diksi itu adalah ultimate atau puncak yang akan kita gapai yaitu bahagia, happines, sa’adah. Menekuni profesi sebagai guru itu harus kita maknai untuk menapaki kebahagiaan karena guru itu adalah seorang inspirator alih-alih menjadi motivator,” jelas Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si selaku Wakil Rektor 1 (WR 1) UMM.
 
Karena motivator dan inspirator itu adalah dua diksi yang berbeda, sambung Syamsul, karena jika menjadi motivator harus pintar merangkai kata, menjadi suatu kalimat yang menggugah dan harus pintar melafadzkan rangkaian kata menarik. Tetapi sebagai seorang inspirator, tidak perlu melihat wajahnya, tampilannya, tetapi apa yang dia lakukan itu bisa menginspirasi dan bisa menggugah.
 
“Menjadi guru itu sesuatu yang luar biasa, meskipun resikonya juga luar biasa. Karena ketika menjadi guru, kita harus menyediakan pundak kita sebagai titik tumpu bagi para murid untuk melihat dunia, melihat cakrawala. Maka dari itulah peran kita membahagiakan dan kita harus enjoy menikmati profesi itu,” tandas Syamsul dalam sambutannya. (riz/can)
Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image