Acara Debriefing Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Ruang Sidang Senat UMM (Foto : Wildan) |
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri (BPPK Kemlu) untuk menggelar Debriefing Kepala Perwakilan Republik Indonesia pada Jumat (29/1). Agenda tersebut dihadiri langsung oleh H.E. Priyo Iswanto (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Kolombia, merangkap Antigua dan Barbuda, Saint Cristopher dan Nevis) dan Rektor UMM, Dr. Fauzan M.Pd. Turut datang Direktur Utama Amerika II, Darianto Harsono serta jajaran pejabat kampus UMM.
Selain itu juga menghadirkan secara virtual kepala BPPK Kemlu, Dr. Siswo Pramono, LL.M. Dalam agenda itu dua pembicara didapuk untuk mengisi forum tersebut, keduanya adalah H.E. Mochammad Luthfie Witto’eng (Duta Besar LBBP Ri untuk Republik Bolivar Venezuela merangkap Persemakmuran Dominika,Grenada, Saint Lucia, Saint Vincent dan The Grenadines dan Trinidad dan Tobago periode 2016-2020) dan H.E. Tito Dos Santos Baptista (Duta Besar LBBP RI untuk Republik Mozambik merangkap Republik Malawi periode 2016-2020).
Baca juga : Produktif di Masa Pandemi, Mahasiswa Bawa Pulang Tiga Penghargaan
Agenda yang diikuti oleh lebih dari 800 peserta itu dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Siswo Pramono. Ia menjelaskan bahwa agenda ini menjadi wadah penyampaian pertanggungjawaban publik bagi para kepala perwakilan Indonesia, khususnya yang telah menyelesaikan pengabdiannya di luar negeri. Ia berharap forum ini bisa menyajikan informasi terkait pelaksanaan visi dan misi yang sudah diamanatkan kepada para kepala perwakilan. “Pada acara-acara seperti ini, kita juga bisa mendapatkan masukan-masukan langsung dari para pakar, akademisi dan masyarakat,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Fauzan menegaskan debriefing yang terlaksana tentu dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait kondisi wilayah di mana para duta besar bertugas. Ia menilai ada berbagai hal menarik dan penting yang bisa ditindak lanjuti. Sejalan dengan banyaknya ide yang nantinya dikerjakan bersama dengan negara-negara tersebut.
Usai sambutan, debriefing dimulai dengan paparan materi dari Mochammad Luthfie Witto’eng terkait wilayah di mana ia mengabdi, utamanya Venezuela. Ia mengatakan bahwa Venezuela mengalami rentetan krisis, mulai dari krisis politik hingga ekonomi. Ketegangan antara pemerintah dan oposisi masih terus berlangsung, hingga puncaknya Juan Guaido naik menjadi presiden interim, padahal Maduro masih menjadi presiden bagi Venezuela.
Baca juga : UMM Gelar Faculties and Directorates Outlook bersama Dubes RI untuk Kolombia
Negara tersebut juga tak lepas dari krisis ekonomi. Meski dikenal sebagai salah stu negara dengan penghasil minyak terbesar, mereka tidak bisa lari dari jeratan krisis ekonomi. Salah satu penyebabnya adalah nasionalisasi perusahaan minyak yang diberikan kepada pihak tak berkompeten. Selain itu ketersediaan subsidi yang terlampau besar membuat masyarakat menjadi manja. “Hingga akhirnya ketika harga minyak turun, krisis ekonomi menerpa Venezuela. Subsidi dikurangi, utamanya pada aspek kesehatan,” ungkap Luthfie.
Meski demikian, pihak KBRI Indonesia masih terus berusaha untuk menjalin kerja sama. Mereka sempat menggelar business meeting yang mendorong pengusaha Venezuela untuk membangun hubungan perdagangan dengan Indonesia. “Sayangnya, krisis ekonomi belum berakhir. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi seperti ini. Jadi tidak bisa dialksanakan dengan maksimal,” terangnya lebih lanjut.
Forum tersebut kembali dilanjutkan dengan paparan dari Tito Dos Santos Baptista. Ia menggambarkan tantangan, dinamika dan kondisi politik serta ekonomi Mozambik dan Malawi. Meski kedutaan di Mozambik baru dibuka pada tahun 2009, namun sudah memberikan peningkatan kualitas kerja sama. Ia menilai aspek ekonomi khususnya investasi harus lebih didorong lagi agar bisa memberi dampak lebih.
Baca juga : RS UMM Kirim Tim Relawan Bencana ke Mamuju
Tito juga berharap agar Mozambik bisa menjadi entry gate untuk produk-produk Indonesia ke negara-negara tetangga di Afrika. Di samping itu, Mozambik juga bisa menjadi negara strategis mengingat dukungannya terhadap Indonesia di PBB yang cukup baik. “Tak lupa sektor budaya yang perlu dikembangkan lagi karena dapat membantu kerja sama di bidang-bidang lainnya,” terangnya.
Pada akhir forum, Dr. Ben Perkasa Drajat selaku kepala pusat pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa menyimpulkan bahwa ada banyak hal menarik yang sudah disampaikan oleh kedua pemateri. Hal-hal tersebut bisa diteliti dan dikaji lebih lanjut agar bisa memberikan manfaat bagi orang lain. “Menurut saya, banyak fenomena unik yang bisa dikaji lebih dalam. Sebut saja hubungan ekonomi yang malah semakin baik antara Indonesia dan Venezuela, padahal berada di tengah situasi pandemi,” pungkasnya di akhir acara. (wil)