Suasana khusuk nobar di Heliped. (Foto: Bella/Humas) |
Film ‘Jejak Langkah 2 Ulama’ besutan Sutradara Sigit Ariansyah diputar dalam agenda Nonton Bareng Bioskop Keliling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMM di Hellypad (22/2). Film ini mengangkat kisah perjalanan dua orang tokoh pendiri ormas keagamaan terbesar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU), KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari.
Menurut Presiden Mahasiswa, Abdul Aziz Pranatha, inisiatif digelarnya nobar film ini adalah sebagai sarana nostalgia pada masa beberapa tahun silam, dimana sering sekali diadakan hiburan rakyat di kampung-kampung, salah satunya layar tancap. “Kita hidup di malang, tidak pernah pulang kampung, sehingga kita bisa bernostalgia merasakan hangatnya malam dengan menonton layar tancap ini,” sebut Aziz.
Selain itu sebut Aziz, film yang diangkat untuk ditayangkan kali ini memiliki nilai yang dapat diambil oleh masyarakat. Selain kedua tokoh dalam film ini merupakan tokoh yang sangat inspiratif bagi umat islam, tentunya lanjut Aziz, dalam film ini terdapat syiar yang dituangkan.
Baca juga: LPPI UMM Dampingi Dosen Muda Naikkan Akreditasi Jurnal Baru TBI
“Kedua tokoh ulama tersebut pernah berjuang pada masa dahulu. KH Hasyim Asy’ari dengan revolusi jihad yang disampaikan dan diturunkan kepada santrinya. Kemudian pendidikan karakter yang oleh KH Ahmad Dahlan diajarkan kepada santirnya,” sebut Aziz.
Bagaimana dalam film ini memang menunjukkan kedua sahabat karib tersebut menapaki langkah perjuangan menghadapi tantangan berdakwah pada tempat dan kondisi yang berbeda. Film ini juga berisi kebersamaan antar dua tokoh memperdalam ilmu agama pada guru besar yang sama.
Alif, salah satu penonton mengungkapkan apresiasinya kepada film tersebut. Film menurutnya, mengembalikan kisah sejarah 2 ormas islam yang sebenarnya selalu berdampingan. Meskipun menurutnya memiliki perbedaan dalam berdakwah, namun memiliki banyak persamaan.
Baca juga: siPicow, Aplikasi Pendeteksi Penyakit Sapi Buatan Mahasiswa UMM
“Orang selalu membicarakan perbedaannya NU dan Muhammadiyah saja, harusnya yang terpenting kita junjung adalah persamaannya,” sebut Alif
Film ini sendiri diketahui merupakan karya kolaborasi antara Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah dengan Pondok Pesantren Tebuireng, jombang. (bel/can)