Tim debat UMMI menerima tropi. (Foto: Istimewa) |
LANGGANAN menjadi runner up dalam kompetisi debat, Tim Debater Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang beranggotakan Ana Fauzia, M. Fitrah Ashary Bangun, dan Wildan Arif akhirnya mendapatkan peringkat satu. Melalui ajang Management Education Fair 3 (MANUFAIR) di Universitas Jember, tim debat bernama “UMMI” ini meraih juara satu pada perlombaan debat ekonomi nasional.
Sebelumnya, tim debat hasil kolaborasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Hukum UMM ini sukses mencatatkan skor terbaiknya di empat event debat level nasional dengan puas hanya di posisi sebagai runner-up saja. Yang terbaru, memenangi ajang Debat Competition for University (ECOFU) Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya, 29 Juni 2019 lalu. Lagi-lagi cuma sebagai runner-up.
Selain menjadi Juara I, lebih membanggakan lagi Fitrah juga dinobatkan sebagai Best Speaker dalam kompetisi ini. Sebelumnya mereka melalui rangkaian tahap seleksi. Untuk menghasilkan 16 besar yang bertandang dalam adu pendapat ini, mereka harus membuat essai dengan tema “Aktualisasi Peran Pemerinntah, Pengusaha, dan akademisi dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Digital di Era Disruptif”.
Baca juga: Sinergi FPP UMM dan Dunia Industri, Godok Kurikulum Profesional Unggas
Dengan tema yang sudah ditentukan tersebut, mereka mengangkat ekonomi-politik berupa pengoptimalisasian tol langit Palapa Ring. “Optimalisasi tol langit atau Palapa Ring dengan menambah fasilitas wifi melalui dana desa. Langkah ini merupakan solusi tepat dalam meningkatkan ekonomi digital. Ini juga dapat mendorong kreatifitas masyarakat juga,” sebut Wildan yang juga ketua kelompok UMMI UMM.
Mereka menegaskan, konsepsi tol langit Palapa Ring yang ingin dilaksanakan pemerintah ini merupakan kebijakan baik guna pemerataan sinyal, internet, dan kebutuhan teknologi digital di Indonesia, terkhusus untuk daerah-daerah terpencil. Melalui essai tersebut, mereka mampu mentransformasikan pemikiran yang didasarkan pada fakta dan teori, sehingga layak lolos seleksi hingga memenangi lomba.
Dalam debat ini, mereka dapat mengalahkan tim debat dari UGM pada 8 besar, tim debat UIN Sunan Kalijaga dalam semi final, dan pada babak final, mereka berhasil mengalahkan tim debat dari STIE Perbanas Surabaya. Wildan mengaku debat kali ini lebih menegangkan dari debat yang sudah pernah mereka ikuti. Wildan dan Ana yang merupakan mahasiswa Hukum, harus belajar lagi mengenai Ekonomi.
Baca juga: Mahasiswa UMM Bergerak 'Padamkan' Karhutla
“Banyak kata-kata atau pengertian yang kita tidak tahu, tapi kita harus mempelajarinya. Apalagi mosi diberikan 15 menit sebelum tampil. Sehingga kita harus bekerja lebih ekstra lagi,” sebut Wildan. Kendala tersebut, tidak lantas membuat mereka bersantai. Dengan padatnya kegiatan mereka di luar debat, seperti tugas kuliah dan organisasi, membuat mereka harus menyepakati untuk belajar bersama setelah Subuh.
“Kuncinya mau berporses dan mau diproses. Mau tidak tidur, mau Subuh-Subuh harus belajar, mau diberi saran dan disanggah. Ya, proses itu harus dilakukan. Karena kita bisa juara 1 sekarang ini, tidak lain dari hasil proses kita selama ini,” ujar Wildan. Mereka yakin, proses tidak akan mengkhinati hasil. Capaian sebagai juara satu ini tak lantas membuat mereka untuk berhenti mencapai raihan gemilang lainnya. (bel/can)