Drs. Khozin M.Si dan Nafik Muthohirin saat Lokakarya Kurikulum Al-Islam dan Kemuhamadiyahan (AIK) UMM. (Foto: Aan/Humas) |
Unit Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tengah merancang kurikulum yang meruntuhkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Mengundang seluruh dosen dari berbagai fakultas, AIK membuka diri untuk memasukan seluruh ilmu untuk berintegrasi dengan Islam. Semua dosen ikut serta merancang kurikulum AIK dalam Lokakarya Kurikulum yang digelar di Aula Iptek Taman Rekreasi Sengkaling (23/11).
Menurut Drs. Khozin M.Si sebagai pembicara kunci, sudah saatnya AIK membuka diri dan bergerak lebih progresif dengan perkembangan zaman. AIK tidak boleh hanya mengajarkan mahasiswa sejarah, akhlak dan muamalah saja namun tidak membuka diri terhadap isu-isu terkini. “Tidak hanya itu, dosen-dosen AIK harus mulai menggunakan metode ajar yang baru yaitu menggunakan teknologi terkini,” tegasnya.
Baca juga: Fakultas Psikologi UMM, Berikan Materi Psikodukasi Bagi Mahasiswa Baru
Khozin mengatakan bahwa mahasiswa saat ini mudah bosan dengan metode ajar yang seperti ceramah. Selain isu-isu yang dibawakan harus menarik perhatian mahasiswa, gaya ajar harus berganti, seperti menggunakan video atau power point yang menarik. Khozin mengatakan bahwa mahasiswa sekarang yang masih mencari jati diri akan lebih tertarik dengan pembahasan yang filosofis. “Perlu diperkenalkan basis Islam yang berintegrasi dengan sains agar mahasiswa mempunyai bekal yang kuat dalam ilmu keislaman,” lanjut Khozin.
Baca juga: Puluhan Mahasiswa Asing Belajar Teknik Membatik ala Jepang di UMM
Khozin melanjutkan bahwa pintu sumber inspirasi keislaman tidak boleh ditutup sehingga hanya Al-Quran dan hadist saja sumbernya. Harus dibuka selebar-lebarnya agar bisa banyak menjawab persoalan dunia dengan Islam. Maka Islam tidak berdiri sebagai agama yang ekslusif. “Inspirasi bisa datang dari mana saja, namun harus tetap menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman utama,” tandasnya. (usa/can)