Para peserta terlihat gembira berpartisipasi di acara art performance. (Foto: Istimewa) |
Panggung Auditorium BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pagi itu, Minggu (29/12/2019), kembali riuh dengan celoteh para bocah berumuran 7-12 tahun yang mengikuti Art Performance. Gelaran sebagai acara penghujung program English for Young Learners (EYL) ini menampilkan kemampuan Bahasa Inggris yang beragam. Mereka menampilkan kebolehannya dalam bernyanyi, berpuisi, dan bermain peran.
Sebagai acara puncak dari pembelajaran Bahasa Inggris yang telah dilaksanakan selama sepuluh kali pertemuan sejak akhir bulan Oktober lalu, acara ini dikemas untuk menyambut Tahun Baru 2020 dengan resolusi semakin percaya diri dalam mencapai cita-cita.
Every Kid Deserves to be a Star, sengaja dipilih menjadi tema dalam Art Performance kali ini. “Puncak kegiatan EYL kali ini merupakan salah satu bukti bahwa dengan kemampuan yang beragam, siswa harus semakin percaya diri bahwa dengan belajar Bahasa Inggris yang menyenangkan, mereka kelak akan menjadi bintang,” tutur Kharisma Naidi WS, M.Pd., dosen pengampu mata kuliah EYL di UMM.
Baca juga: Bedah Metakognitif Imam Al Ghozali, In’am Dikukuhkan sebagai Guru Besar Baru UMM
Kharisma menambahkan bahwa penampilan setiap kelas dari program EYL ini ditentukan sendiri oleh masing-masing kelas, dengan menyesuaikan pada tema besarnya. Rupanya para siswa sangat antusias dalam mempersiapkan setiap penampilan yang akan mereka suguhkan pada kedua orang tua mereka.
Cahya, salah satu mahasiswa EYL yang mengajar di kelas 4 mengatakan bahwa penampilan siswanya kali ini diambil dari materi yang diajarkan di kelas tentang cita-cita. Bertajuk 4.0 Dream and Dancing Show, siswa memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris dan menyampaikan cita-cita mereka seperti youtuber, web designer, football player, atau model, tentunya di luar cita-cita yang selalu disampaikan oleh bocah seumuran mereka seperti dokter atau insinyur. Tingkah polos mereka sontak membuat penonton bertepuk tangan.
Tampil dengan kostum sesuai cita-cita mereka, penontonpun terpukau dengan fasihnya mereka menyanyikan lagu Be What You Wanna Be yang dipopulerkan oleh Darin, penyanyi asal Swedia itu.
Baca juga: Mobil KaCa UMM Giatkan Literasi Bersama Preman Mengajar di Jabung
Penampilan yang tak kalah memukau yang lain adalah penampilan kelas 1, yaitu gerak dan lagu Baby Shark. Meskipun lagu tersebut sangat sederhana, tapi keberanian siswa kelas 1 untuk tampil di atas pangguanglah yang membanggakan bagi orang tuanya. Mereka berharap tahun depan putra-putri mereka semakin percaya diri dan berani tampil di panggung EYL lagi.
Resolusi sederhana pun terlontar dari mulut mungil mereka ketika MC menanyakan “Hi first graders, will you come back to this stage next year?” dan semua secara kompak tapi malu-malu mengatakan “Yes”. Penonton pun bertepuk tangan. Tak mau kalah, kelas 2 pun menampilkan lagu Count on Me dan kelas 3 dengan berani menampilkan program televisi ala America’s Got Talent dengan tajuk Fabulous Got Talent dan A Million Dreamer Show. Masih dengan visi yang sama, setiap siswa berhak memilih cita-citanya sendiri.
Diminta menyampaikan kesannya, Dessy Indriani, wali siswa kelas 3 Rafif Afkar Chaniago, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tahunan EYL di UMM. Ia mengaku merasakan manfaat yang didapatkan oleh putranya selama beberapa kali mengikuti kegiatan ini. Ke depan, ia berharap kegiatan ini terus berlanjut dan dapat diikuti lebih banyak siswa dari area Malang Raya.
Baca juga: Mahasiswa UMM Buat Aplikasi Agar Masyarakat Melek Obat-obatan
Senyum bahagia para peserta memerankan profesi. (Foto: Istimewa) |
Menutup sambutannya, Dessy berharap banyak pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMM menjadi inisiator pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak dengan mengedepankan pengalaman belajar menggunakan Bahasa Inggris, seperti yang dialami oleh putranya selama belajar di UMM.
Kegiatan EYL yang telah dilaksanakan lebih dari satu dasawarsa ini, telah menghasilkan guru-guru yang tidak hanya mengajar di sekolah-sekolah SD negeri dan swasta, tetapi telah mengantarkan mereka untuk mengajar di sekolah internasional dan luar negeri.
Beberapa tahun belakangan tercatat mahasiswa asal Thailand selalu mengambil mata kulliah EYL sebagai mata kuliah pilihan mereka. Setelah lulus mereka mengamalkan ilmunya di berbagai sekolah nasional dan internasional di negeri Gajah Putih tersebut.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMM, Bayu Hendro Wicaksono, Ph.D., membenarkan informasi tersebut. “Saat ini program EYL di UMM telah menjadi rujukan dari perguruan tinggi lain untuk menyelenggarakn program yang sama atau menyelenggarakan perkuliahan serupa. Terakhir dosen Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta juga bertandang ke UMM untuk belajar khusus tentang EYL. Dosen EYL UMM Rina Wahyu S, M.Ed., bahkan sempat diundang sebagai pembicara kunci di Universitas Singaperbangsa Karawang,” papar Doktor alumni University of South Australia ini.
Baca juga: PPG UMM Luluskan 331 Guru Profesional
Tampak sedikit perbedaan antara kelas yang lain. Kelas 6 mampu menampilkan drama berjudul Turtle and Rabbit. Dalam drama tersebut tampak seorang guru sedang bercerita di depan siswa dengan dilengkapi visualisasi cerita tersebut. Sementara siswa yang lain berperan menjadi kelinci, kura-kura, burung, dan pohon. Penonton tampak menikmati drama tersebut sambil sesekali tertawa tertahan, karena beberapa kesalahan ucap dalam Bahasa Inggris.
Salah satu siswa kelas 5, Aisyah Peravasa Effendy yang telah mengikuti kegiatan ini sejak kelas 1, menyampaikan bahwa ia banyak belajar berbicara dan tampil di depan penonton, dalam Bahasa Inggris. Itu pula yang memotivasinya untuk berani tampil dalam ajang lomba Bahasa Inggris sampai tingkat provinsi. “Tahun depan mau ikut EYL lagi biar bisa tampil lebih bagus dan ngomong lebih panjang lagi,” tutur siswa yang pagi itu didaulat untuk membuka penampilan penutup Art Performance dari kelas 5 berupa lagu gerak dan lagu Heal the World yang membawa pesan perdamaian dan menyampaikan semua anak dengan latar belakang budaya yang berbeda setuju untuk mencapai cita-cita setinggi-tingginya.
Lagu penutup itu berakhir dengan seluruh siswa berdiri dan menyanyi di reffrein terakhir sambil membawa bunga mawar merah. Lagu Hero pun berkumandang untuk flash mop dan siswa pun berhambur menemui orang tua masing-masing untuk memberikan setangkai bunga mawar, menyampaikan terimakasih telah membiarkan mereka mempunyai cita-cita. (rin/can)