Staf Khusus (stafsus) Presiden RI Bidang Ekonomi Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika. (Foto: Mirza/Humas) |
STAF Khusus (stafsus) Presiden RI Bidang Ekonomi Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika, berkesempatan memberikan kuliah tamu di program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangungan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (13/3). Dalam kesempatan tersebut, Erani mengajak mahasiswa UMM untuk merefleksikan ekonomi Indonesia.
“Coba kita ingat baik-baik ekonomi di era orde baru, sangat sentralistik (terpusat, red). Semua keputusan diambil berdasarkan pandangan pemerintahan pusat. Hal tersebut seringkali melahirkan kebijakan ekonomi yang tidak tepat sasaran dan tidak dibutuhkan,” tuturnya. Ekonomi yang sentralistik, disebut guru besar bidang ekonomi ini pada akhirnya menemui puncaknya pada tahun 1998.
Inflasi Indonesia ketika itu menyentuh angka 77,63%. Artinya, harga-harga barang di Indonesia menjadi sangat mahal, dan kenaikannya sangat pesat. Inflasi atau kenaikan harga-harga barang karena diikuti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yakni Rp 16.000,-/dolarnya. “Harga saham anjlok, banyak perusahaan serta Bank ambruk dan akhirnya PHK terjadi di mana-mana,” jelas Erani.
Baca juga: Malik Fadjar Ajak Mahasiswa Punya Mimpi Besar
Pemerintah, sambungnya, melahirkan kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yakni menyuntikkan bantuan dana ke Bank-bank untuk penstabilan ekonomi. Belasan tahun setelahnya, menurut data Bank Indonesia (BI) pada 2018, inflasi Indonesia berada di angka 3,13%. Perbaikan ekonomi telah sangat baik dilakukan. Pemerataan ekonomi juga perlahan dirasakan rakyat Indonesia.
Ekonomi saat ini menurut Erani jauh lebih baik daripada sebelumnya. Adanya kebijakan pembangunan manusia hingga pengurangan kesenjangan adalah wujud konkret pembangungan Indonesia dari pinggir. “Ekonomi yang terpusat bukanlah ekonomi yang baik. Masing-masing daerah perlu diberi kewenangan untuk mengelola ekonominya sendiri,” terang pria kelahiran Ponorogo tahun 1973 ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus membaik. Hal ini dibuktikan dengan tren pertumbuhan ekonomi 2015-2018. Di tahun 2015 berada diangka 4,9% dan di tahun 2018 naik menjadi 5,17%. Artinya, kinerja ekonomi Indonesia masih tumbuh positif secara konsisten di tengah pemulihan ekonomi global. Ekonomi yang adil juga diwujudkan dalam program penyaluran Dana Desa.
Baca juga: Kolaborasi UMM-Singapore Polytechnic Kembali Adakan Learning Express
Dana ini, lanjutnya, tak lain untuk menunjang aktivitas ekonomi masyarakat. Antara lain jalan desa, jembatan, pasar hingga sarana olahraga. Selain itu, juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa seperti air bersih, Posyandu dan sumur. Tiap desa menerima 900 juta untuk mengembangkan desanya. “Inilah ekonomi yang berkeadilan dan tidak sentralistik,” tandas Erani.
Sementara itu, Hendra Kusuma, SE., M.S.E, Ketua Prodi IESP UMM menambahkan bahwa mahasiswa yang mengambil disiplin ilmu ekonomi harus mampu memaknai dan menganalisis setiap perkembangan ekonomi di Indonesia dan dunia. “Tiap masa tentu berbeda, maka ketajaman analisa harus dimiliki untuk menciptakan ekonomi yang lebih baik kedepan,” tutur Hendra. (mir/can)