Teknologi Smart Tongkang Karya Mahasiswa UMM Siap Unjuk Gigi di Jepang

Author : Humas | Kamis, 05 Desember 2019 11:20 WIB
Penampakan teknologi Smart Tongkang. (Foto: Mirza/Humas)

GARAM termasuk mineral yang dapat diperbaharui dan jumlahnya tidak terbatas. Indonesia dengan iklimnya yang tropis dan garis pantai yang panjang menjadi negara dengan potensi produksi yang menjanjikan. Di sisi lain, penggunaan garam domestik dan dunia terus meningkat. Untuk menutupi kekurangan itu maka dilakukan impor.

Pada tahun 2018 impor garam Indonesia mencapai 3,7 juta ton dengan nilai 83,6 juta USD, dan 2019 impor garam dialokasikan 2,7 juta ton. Alasan yang disampaikan Pemerintah karena produksi dan kualitas garam lokal Indonesia tidak mencukupi kebutuhan industri domestik, baik untuk kepentingan industri ataupun pangan.

“Artinya negara mengeluarkan Rp1,34 Triliun untuk impor garam. Dengan biaya impor sebesar itu, sementara petani garam jauh dari kata sejahtera,” ungkap Zehandana Khatami Rasyid, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menerangkan proposalnya yang bakal diperlombakan di ajang inovasi di Jepang.

Baca juga: Dosen UMM Terpilih Jadi Ketua 2 Organisasi Kesehatan

Inovasi ini bakal unjuk gigi di ajang inovasi tingkat dunia Advance Innovation Jam (AI-JAM) di Tokyo, Jepang pada 8 Desember mendatang. Smart Tongkang akan disesuaikan namanya menjadi Smart Barge. Diharapkan karya ini dapat mendulang kesuksesan seperti halnya karya lainnya di Korea Selatan dan Jerman baru-baru ini.

Peserta yang ikut yakni siswa setingkat SMA hingga perusahaan yang merupakan penemu teknologi, termasuk artificial intellegent, big data, robotika dan lainnya. Melalui INNOPA (Assosiasi Promosi Penemuan dan Inovasi Indonesia) UMM maju dengan 17 tim dari Indonesia lainnya setelah membuat deskripsi dan abstrak terkait karya tersebut.

“Kurangnya pendampingan dari ahli dan eksploitasi tradisional yang kurang maksimal punya beberapa kekurangan. Seperti kepemilikan lahan terbatas, sangat tergantung pada cuaca dan efisiensi produksi yang rendah, menjadikan kualitas garam lokal kurang diminati industri,” dilanjutkan Zehandana saat ditemui Selasa (3/12) siang.

Baca juga: Napak Tilas Sejarah UMM Sambil Mancing dan Uklam Santuy

Menurut mahasiswa yang baru pertama kali ikut ajang internasional ini, diperlukan solusi berupa pernambahan lahan yang fleksibel namun membantu percepatan produksi garam yang sesuai standar layak. Sehingga bisa dipindah-pindah dan didekatkan menuju pabrik, sehingga mengurangi biaya transport dan operasional truk.

“Solusi berupa penambahan lahan terapung menjadi masuk akal, karena bisa dipindah-pindah atau didekatkan menuju pabrik. Serta disematkan teknologi tambahan berupa control device android untuk mengetahui posisi, kadar air, temperatur, dan pengaktifan fitur mekatronika otomatisnya,” terangnya saat menjelaskan apa itu Tongkang Garam.

Karena dilengkapi atap, cermin, generator kincir, sekop yang bisa dikendalikan otomatis, tongkang anti karat, tow hook, dan anchor membuatnya mudah dipindahkan. Sehingga pembuatan tambak garam hybrid diharapkan jadi solusi untuk membantu petani mempercepat pembuatan garam yang sesuai standar keperluan industri.

Baca juga: Menko PMK Orasi di Wisuda UMM: Pendidikan Tinggi Penentu Kualitas Manusia Indonesia

Dengan rancangan tongkang ini diharapkan dapat menjawab masalah seperti keterbatasan lahan karena proses kristalisasi dilakukan di atas laut, kualitas garam yang bisa ditingkatkan seperti kebersihan, warna, penurunan kadar air, dan percepatan produksi yang semula 15 hari menjadi 8-10 hari karena rekayasa mekatronika.

“Yang artinya produksi panen akan lebih cepat dengan kualitas yang lebih baik dan akan meningkatkan harga jual panen yang lebih tinggi. Harapannya solusi ini akan menjadi penyebab berhentinya impor garam yang dilakukan pemerintah. Kami sedang menyusun dokumen paten untuk produk ini,” pungkas Zehandana, anggota tim ini.

Zehandana tak berjuang sendirian. Ia bersama kedua temannya satu jurusannya di Teknik Mesin. Yakni mahasiswa UMM yang pernah memenangkan kompetisi di Korea Selatan dan Jerman Haryo Widya Darmawan (angkatan 2015), dan sang adik kandung Haryo, Annisa Widya Nurmalitasari (angkatan 2017). Mereka optimis menang.

Baca juga: Sophia Mega Ajak Generasi Milenial Kenali Potensi Diri

Inovasi ini pernah menang di ajang teknologi Nasional seperti Juara II karya tulis ilmiah yang diadakan APSTM-PTM (Asosiasi Program Studi Teknik Mesin Perguruan Tinggi Muhamadiyah), LNTRBM ( Lomba Nasional Tahunan Rancang Bangun Mesin) yang diadakan oleh BKSTM (Badan Kerja Sama Teknik Mesin) dan masih banyak lainnya.

Prototype yang dibuat dan dipersiapkan selama satu bulan lamanya ini menggunakan fasilitas yang terdapat di Lembaga Semi Otonom Mekatronik UMM. Dibimbing oleh Dra. Rr. Heni Hendaryati, MT, diharapkan selain diikutkan di ajang perlombaan nasional maupun internasional, karya ini akan benar-benar  bermanfaat bagi petani garam. (mir/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image