Tiga Persepektif tentang Indonesia Berkemajuan menurut Muhammadiyah

Author : Humas | Senin, 12 Agustus 2019 10:47 WIB
Jamaah seantero Malang Raya memenuhi Lapangan Heliped UMM saat pelaksanaan Sholat Idul Adha 1440H (Foto: Rino/Humas)

Dalam rangka menerjemahkan masyarakat Islam dalam konteks Indonesia kontemporer, maka Muhammadiyah merumuskan konsep Indonesia Berkemajuan sebagai sumbangsih Muhammadiyah terhadap konsep Indonesia ke depan. Indonesia Berkemajuan dimaknai sebagai negara utama atau Al Madinatul Fadhillah atau negara berkemakmuran dan berkeadaban dan negara yang sejahtera.

Demikian pesan utama yang diuraikan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Agung Danarto, M. Ag. dalam kesempatan menjadi khatib pelaksanaan shalat Idul Adha di lapangan Helipad Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (10/8) pagi. Dihadiri oleh ribuan jamaah dari seantero Malang Raya. Shalat pun berlangsung penuh khidmat.

Karenanya negara yang Berkemajuan, lanjut Agung, adalah negara yang mendorong terciptanya fungsi kerisalahan dan kerahmatan yang didukung sumberdaya manusia yang cerdas, berkepribadian, dan berkeadaban mulia. Karena itu, negara berkemajuan harus mampu menegakkan kedaulatan.

Baca juga: Pakar Ilmu Sosial di Konvensi HIPIIS: Perlu Keseimbangan Pembangunan Infrastruktur dan SDM

 


"Baik di bidang wilayah, politik, hukum, ekonomi dan budaya; bisa mendatangkan kemakmuran; terpenuhinya sandang, pangan dan papan; mewujudkan kehidupan material dan spiritual;  menjamin kebebasan berpikir, berekspresi dan beragama; menghormati hak asasi manusia, dan; menciptakan keamanan dan jaminan masa depan," ungkapnya.

Pertama, dalam perspektif politik Indonesia Berkemajuan adalah negara demokrasi yang dijiwai oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, berdasarkan hukum yang berkeadilan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberadaban. Demokrasi dalam kehidupan kebangsaan yang berkemajuan harus beretika tinggi yang dilandasi nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, pemusyawaratan, dan keadilan.

"Etika politik berdemokrasi ini ditunjukan dalam sistem tindakan yang mengedepankan perilaku jujur, damai, kesatria, dan saling menghormati. Dan menolak tindakan-tindakan anarkis, praktik menghalalkan segala cara, kekerasan dan kecurangan," ungkap pendakwah yang juga dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Kedua, dalam perspektif ekonomi. Disambung pria kelahiran Kulonprogo, 24 Januari 1968 ini, Indonesia Berkemajuan dicirikan oleh terciptanya sistem ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan yang berkedaulatan, berkeadilan, dan berkelanjutan dengan keseimbangan pendayagunaan potensi darat, laut dan udara. "Indonesia Berkemajuan harus berdaulat secara ekonomi," katanya.

Baca juga: Satu-satunya Perwakilan PT Swasta, Luthfin Belajar Industri Peternakan Ke Australia

Hal ini terutama berkaitan dengan upaya untuk menciptakan keadilan distributif bagi warga negara guna memperoleh akses dan kepemilikan serta pengelolaan sumber daya ekonomi dan menyediakan sumber kehidupan dan lapangan pekerjaan untuk seluruh rakyat Indonesia yang layak.

Paradigma pembangunan ekonomi yang dianut dan dilaksanakan merupakan sistem ekonomi yang mengupayakan keadilan dan kedaulatan bangsa. Serta, pada saat yang sama mampu membawa kemakmuran bagi seluruh warga negara.

Sementara, lebih jauh lagi, di persepktif ketiga atau perspektif sosial-budaya, Indonesia Berkemajuan ditandai oleh berkembangnya budaya nasional yang merupakan puncak-puncak budaya daerah dan terbuka pada budaya baru yang sesuai dengan kepribadian bangsa.

"Untuk dapat mewujudkan konsep Indonesia Berkemajuan, yang merupakan tafsir kontemporer ke-Indonesiaan atas konsep baldatun thoyibatun warabbun ghafur tersebut, dibutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh warga masyarakat," tegas Agung.

Indonesia Berkemajuan adalah cita-cita kita bersama sebagai realisasi tugas kerisalahan ummat manusia sebagai abdi dan hamba Allah di muka bumi. "Menjadi tugas kita bersama Bangsa Indonesia, khususnya kaum muslimin, untuk merealisasikannya," tandas Agung.

Sementara itu, terkait dengan penyediaan hewan kurban, UMM telah menyiapkan 7 sapi dan 13 kambing. Hewan kurban ini didistribusikan ke beberapa titik, seperti di wilayah dakwah UMM yang ada di Malang Selatan, serta sejumlah titik di penempatan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata. Selain itu, tentunya di bagikan ke sekitar masyarakat Kampus III UMM.

Kampus Putih sendiri melaksanakan shalat Idul Adha di dua tempat berbeda. Shalat Idul Adha di Kampus III UMM Jalan Raya Tlogomas diimami oleh Ustadz Anry Oktapiansyah, S.Sy. Sementara di Kampus II UMM Jalan Bendungan Sutami yang berlaku sebagai khatib, ialah Azhar Muttaqin, M.Ag, sementara imam Ustadz Wahyu Hidayat. (riz/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image