Warga Palestina Belajar Budidaya Perairan ke UMM

Author : Humas | Senin, 25 Februari 2019 14:28 WIB
Riza (batik merah) tengah menerangkan konsep one house one pond temuannya kepada salah satu warga Palestina. (Foto: Istimewa)

SEJUMLAH warga Palestina datang secara khusus ke Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk belajar membuat berbagai temuan budidaya pertanian, peternakan, juga perairan Jumat (15/2) lalu. Kehadiran mereka dalam rangka menindaklanjuti kerjasama antara Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM dengan Department of Aquaculture, Palestinian Ministry of Agriculture. 

Diterangkan Dony Prasetyo, S.Pi. M.Si., dosen program studi (Prodi) Perikanan UMM, tertariknya warga Palestina belajar budidaya, khususnya perairan ke UMM karena pengelolaannya masuk standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan telah tersertifikasi. Selain ke tempat pembudidayaan ikan, mereka juga diajak melihat produksi jamur, hasil pertanian dan juga pembuatan roti yang terpusat di satu lokasi.

Prodi Perikanan turut memperkenalkan program unggulannya, Aquaponik atau sistem Bio Natural (Biona). Sistem ini tidak menghasilkan limbah dalam kolam.yang ditempati oleh ikan selama 3-6 bulan. “Penerapan sistem seperti ini bisa menjadi lebih efisien untuk diterapkan di wilayah Timur Tengah seperti Palestina. Sistem ini yang membuat mereka belajar ke UMM karena lebih hemat lahan serta air,” lanjut Doni.

Baca juga: Mahasiswa UMM Jadi Guru Bahasa Inggris Bagi Anak-Anak Polandia

Beberapa warga Palestina tengah mengamati hasil budidaya UMM. (Foto: Istimewa)

 

Lebih jauh Aquaponik, sambung Doni, adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan aquakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. “Dalam aquakultur yang normal, ekskresi atau proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas (kadar racun, red.) air jika tidak dibuang,” terangnya.

Selain itu, salah satu hasil riset terkini UMM yang diperkenalkan dan menjadi solusi bagi masyarakat urban di Palestina yaitu konsep one house one pond (satu rumah satu kolam) yang digagas dosen Prodi Perikanan, FPP UMM, Riza Rahman Hakim M.Sc. Dalam konsep tersebut, Riza memiliki strategi memanfaatkan lahan sempit di perkotaan atau urban untuk berternak ikan dengan hasil maksimal dan efisien.

Baca juga: UMM Miliki Skema Uji Kompetensi Terbanyak se-Indonesia

Dalam konsep ini, Riza menggabungkan antara budidaya ikan lele di kolam terpal dengan budidaya sayuran melalui sistem aquaponik. Ada dua sistem yang dikembangkan Riza, yaitu sistem budidaya lele biona berbasis bio-natural serta budidaya lele bionik yang merupakan kombinasi antara bio-natural dan aquaponik. Dengan konsep ini, penggantian air hanya 30% dan hanya seminggu sekali.

Secara umum, one house one pond menjadikan kotoran lele sebagai pupuk tanaman di atas kolam yang terus berulang. Selain hemat dalam memberi makan lele, konsep ini juga meminimalisir pemakaian air. “Dalam konsep ini, penggunaan air sangat sedikit. Sementara pada budidaya lele tradisional, sekitar 50% air diganti dan dilakukan hampir setiap hari. Airnya juga berbau tak nyaman,” ujarnya.

Dalam kesempatan berbeda, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menyebut, penguatan riset berbasis kepakaran ini menjadi ciri khas UMM untuk mengembangkan mutu akademik agar bisa bersaing di level internasional. Hal itu selaras dengan ikhtiar UMM yang terus berupaya melakukan pemetaan kepakaran para dosen agar memiliki keahlian yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. (riz/can)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image