Sholahudin Al-Fatih bersama buku terbarunya (Foto: Tubagus Humas) |
Perjalanan Sholahudin Al-Fatih, SH.,MH menjadi seorang dosen dan penulis tidaklah gampang. Terlahir di pesisir Gresik membuatnya tidak bisa memimpikan hal-hal besar. Banyak kegagalan serta penolakan yang dia dapatkan ketika masih menjadi pelajar dan mahasiswa. Salah satunya ketika ditolak oleh organisasi pers kampus.
“Artikel yang saya buat waktu Sekolah Menengah Atas (SMA) sering dibilang jelek oleh kakak tingkat. Waktu kuliah pun saya ditolak menjadi bagian dari organisasi pers kampus. Lagi-lagi karena tulisan saya dianggap tidak memenuhi standar. Namun saya menjadikan semua kegagalan dan penolakan itu sebagai motivasi untuk menulis dengan lebih baik,” ujar Fatih.
Baca juga: Gelar Bedah Buku, PSIF UMM Bahas Ijtihad Kontemporer Muhammadiyah
Berkat ketekunannya, sekarang Fatih dikenal sebagai penulis handal. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini telah menerbitkan empat buku bergenre motivasi. Semua buku yang telah ia tulis terinspirasi dari pengalaman semasa kuliah.
Buku terbaru yang ia tulis adalah buku antologi berjudul Muda, Berkelana, Cerita: Seni Berburu Inspirasi dari Perjalanan ke Luar Negeri. Fatih mengungkapkan bahwa menempuh pendidikan ke luar negeri merupakan hal yang sulit bagi sebagian orang. Keterbatasan biaya, bahasa, dan waktu menjadi alasan utamanya.
“Setelah mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan ke Malaysia, saya jadi sadar kalau ke luar negeri itu tidak sesulit yang saya bayangkan. Lucunya, orang-orang desa mengira saya putus kuliah dan memutuskan untuk menjadi TKI,” kelakar dosen Fakultas Hukum ini.
Meskipun menempuh pendidikan di luar negeri mudah, Fatih sadar bahwa tidak banyak orang yang mengetahuinya. Karena itu, dosen kelahiran Gresik ini mengajak 15 temannya yang sudah pernah pergi ke luar negeri untuk menulis buku antologi.
Baca juga: Mahasiswa UMM Juara Lomba Fotografi Nasional
“Saya telah menulis buku ini sejak tahun 2014. Namun di tengah jalan saya dan kawan-kawan menemui banyak kendala. Beberapa teman akhirnya berhenti di tengah jalan. Sampai tahun 2020 hanya tersisa sembilan penulis saja termasuk saya” terangnya.
Fatih juga berharap dengan adanya buku ini mahasiswa jadi terinspirasi dan berani mencoba belajar ke luar negeri. “Banyak sekali pelajaran yang akan kita dapatkan ketika melakukan perjalanan ke luar negeri. Entah dari budaya, adat, dan kebiasaan yang tidak akan kita temui di tanah air” pungkasnya di akhir sesi wawancara. (syif/wil)