Galih Wasis Wicaksono, M.Cs. tengah mendampingi tenaga kependidikan UNIROW. (Foto: Istimewa) |
Salah satu dari empat kebijakan utama Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia ialah hak belajar mahasiswa di luar program studinya setara dengan 40 sks, ditambah mahasiswa dapat melakukan sit in di program studi lain di kampusnya sebanyak satu semester. Sehingga total mahasiswa dapat menempuh 3 semester di luar program studinya.
Hal utama yang terdampak dari kebijakan tersebut adalah kurikulum program studi. Setiap program studi dituntut untuk merancang kurikulum yang selalu mutakhir dan adoptif terhadap perubahan serta adaptif dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Disisi lain, kurikulum juga menjadi salah satu aspek yang distandarisasi kualitasnya melalui Permendikbud no. 03 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Kurikulum juga menjadi syarat terakreditasinya suatu program studi dalam instrumen baru akreditasi IAPS 4.0.
Tantangan tersebut mendorong Tim Pengabdian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan pelatihan penyusunan kurikulum perguruan tinggi berbasis teknologi dengan Lective (www.lective.id). Lective merupakan teknologi tepat guna hasil penelitian unggulan perguruan tinggi yang menyediakan fasilitas bagi setiap program studi untuk merancang kurikulum secara digital. Penyusunan kurikulum dengan Lective dilakukan secara komprehensif dan sistematis dimulai dari mengisi hasil analisis tracer study, merancang profil lulusan dan capaian pembelajaran lulusan.
Baca juga: LPPI UMM Dampingi Dosen Muda Naikkan Akreditasi Jurnal Baru TBI
Langkah selanjutnya melakukan penelusuran dan pembobotan bahan kajian yang dapat memenuhi capaian pembelajaran lulusan. Terakhir membentuk matakuliah berdasarkan bahan kajian yang telah dikelompokkan sebelumnya. Sistem juga memberikan rekomendasi bobot SKSmatakuliah secara otomatis berdasarkan hasil perhitungan bobot bahan kajian.
Melalui Program Pengabdian Masyarakat Internal (PPMI) skim Bersaing, tim pengabdian UMM bekerja sama dengan Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban. Tim yang terdiri dari 3 dosen lintas program studi yakni Galih Wasis Wicaksono, M.Cs. (Informatika), Komariah, M.Si, M.Hum (Ilmu Hukum) dan Dr. Hari Windu Asrini, M.Si (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), menyelenggarakan kegiatan pelatihan Lective pada hari Kamis 20/2/2020 di Kampus UNIROW Tuban Jawa Timur. Kegiatan pelatihan diikuti oleh seluruh Dekan dan Ketua Program Studi di UNIROW.
Baca juga: Nobar Film Jejak 2 Ulama Momentum Junjung Persamaan Muhammadiyah dan NU
Kegiatan dibuka langsung oleh Rektor UNIROW, Prof. Dr. Supiana Dian Nurtjahyani, M.Kes. Dalam sambutannya, Rektor UNIROW menyambut baik pelaksanaan kegiatan tersebut. “Semoga melalui kegiatan ini, UNIROW bisa menyongsong tantangan kedepan dalam menerapkan Kampus Merdeka, di mana mahasiswa diberikan kebebasan untuk dapat mengambil 40 sks di luar prodinya dalam berbagai bentuk melalui desain kurikulum yang adaptif,” ungkap Rektor UNIROW.
Selama kegiatan pelatihan berlangsung, para pejabat struktural di lingkungan UNIROW dipandu mempraktikan penggunaan sistem Lective. Galih Wasis Wicaksono sebagai perwakilan dari UMM sekaligus founder Lective menjelaskan manfaat Lective bagi program studi.
Setelah seluruh proses penyusunan kurikulum dengan Lective dilakukan, sistem akan memvisualisasikan relevansi antara profil lulusan dengan capaian pembelajaran, serta matakuliah yang menunjang tercapainya learning outcomes melalui bahan kajian pembentuk mata kuliah. “Visualisasi ini tentunya sangat membantu mahasiswa untuk memilih mana saja mata kuliah yang akan mendukung kompetensi yang diharapkan, sehingga sangat mendukung penerapan kampus merdeka,” tegasnya di sela-sela kegiatan. (*/can)