Peduli Sekolah Terdampak Pandemi, Mahasiswa UMM Turun Gunung

Author : Humas | Rabu, 06 Januari 2021 14:34 WIB

 

Mahasiswa laksanakan Pengabdian di pelosok Madura (Foto: Istimewa)

Akses internet yang belum merata di Indonesia memaksa beberapa sekolah tetap melakukan kegiatan secara luring meski di tengah pandemi. Karena hal tersebut, tim Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan penyuluhan kesehatan secara rutin di Sekolah Dasar (SD) desa Prancak Madura. Agenda ini telah dilaksanakan sejak bulan Desember 2020 lalu.

Vanieda Dwi Fitria, perwakilan tim mengungkapkan tidak banyak warga desa yang benar-benar menerapkan protokol kesehatan. Hal itu terlihat saat ia dan tim melakukan survei langsung ke desa Prancak. Banyak warga yang tidak disiplin menggunakan masker dan seringkali berkerumun.  “Angka positif Covid di sini memang rendah. Mungkin hal itu yang membuat mereka kurang memperhatikan protokol kesehatan,” jelas mahasiswa kelahiran Kalimantan ini.

Baca juga: Dorong Pemuda Raih Mimpi, Dosen UMM Tulis Buku Motivasi

Berangkat dari realita itu, mereka memutuskan untuk mengedukasi warga terkait protokol kesehatan, utamanya kepada anak-anak yang bersekolah secara luring. Ia mengaku program kegiatan kelompok mereka disambut baik oleh pemerintah setempat. “Kami mendapatkan bantuan berupa masker, sabun cuci tangan, dan hand sanitizer dari Dinas Kesehatan setempat,” tegas Vanieda.

Anak kedua dari dua bersaudara ini menceritakan berbagai kesulitan yang dihadapi saat melakukan sosialisasi. Salah satunya adalah anak-anak yang tidak fasih berbahasa Indonesia, padahal tidak satupun anggota tim yang dapat berbicara bahasa Madura. “Anak-anak kelas tiga ke atas mungkin sudah bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Namun tidak ada satupun siswa kelas satu dan dua yang fasih berbahasa Indonesia. Jadi kami meminta bantuan guru-guru untuk menerjemahkan,” lanjut Vanieda.

Baca juga: Gelar Bedah Buku, PSIF UMM Bahas Ijtihad Kontemporer Muhammadiyah

Tidak hanya sampai disitu, tim PMM UMM juga memiliki keterbatasan pada akses transportasi. Setiap harinya mereka harus menempuh perjalanan selama tiga puluh menit dengan berjalan kaki dari tempat menginap sampai ke sekolah. “Kebetulan kepala desa menyediakan tempat tinggal mengingat kami semua berasal dari luar daerah. Namun jarak dari pintu masuk desa ke sekolah sangat jauh. Kami juga tidak memiliki kendaraan untuk dipakai di sini,” pungkas mahasiswa Fakultas Hukum tersebut. (syi/wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image