Amien Rais (ANTARA/Regina Safri)
Malang (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR RI Amien Rais menegaskan, dugaan korupsi senilai Rp6,7 triliun yang dikucurkan untuk menyehatkan Bank Century adalah pertaruhan terakhir bagi bangsa Indonesia.
"Apalagi kalau kasus ini tidak sampai tuntas secara hukum, itu sama saja dengan lari di tempat. Kondisi ini akan menambah frustasi anak-anak bangsa karena carut marutnya penanganan korupsi yang tidak serius," tegas Amien usai memberikan kuliah tamu di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu.
Oleh karena itu, lanjutnya, semua elemen bangsa, dari Panitia Khusus Angket DPR RI, polisi, kejaksaan, sampai media massa, harus terus memburu penuntasan kasus Bank Century.
Pihak yang merasa nama baiknya dicemarkan akibat kasus korupsi Bank Century harus diipulihkan, sebaliknya siapapun yang terlibat harus diadili menurut hukum yang berlaku, demikian Amin.
Ia menengarai, di Indonesia kasus korupsi yang besar-besar cenderung "ditenggelamkan", tetapi yang kecil-kecil diungkap secara terus menerus. Padahal, upaya itu hanya untuk menghibur rakyat agar tidak terlalu kecewa dengan upaya pemerintah dalam memberantas korupsi.
Menurut mantan Ketua DPP PAN itu, kalau kasus Bank Century tersebut tidak selesai, maka yang salah adalah polisi, jaksa dan aparat penegak hukum lainnya.
Yang pasti, tegasnya, kalau kasus Bank Century yang menghamburkan uang rakyat triliunan rupiah itu tidak selesai dan menguap begitu saja, maka bangsa ini akan menjadi bangsa pendosa.
Padahal, kata Amin, saat ini bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia lainnya tengah menghadapi lima macam krisis global, tetapi pemimpin dan segenap anak bangsa ternyata tidak menyadarinya, terutama pemberantasan kasus korupsi.
Lima krisis global yang dihadapi dunia saat ini adalah pertambahan penduduk dunia yang terus melonjak. Hasil survei dan hitungan PBB, diperkirakan setiap tahun ada pertambahan penduduk dunia sekitar 158 juta.
Krisis kedua adalah kekurangan pangan di mana-mana, krisis energi akibat tingginya konsumsi yang tidak sebanding dengan suplai (produksi), krisis ekologi yang diperkirakan 20 tahun ke depan sebgian dunia akan tenggelam akibat lelehan gunung es yang ada di kutub utara dan selatan.
Sedangkan krisis kelima adalah krisis peradaban yang ditandai dengan semakin rendahnya harga nyawa manusia, kehancuran akhlak manusia serta baik dan buruk yang sudah dicampuradukkan.
Untuk meminimalkan kejadian-kejadian yang mengerikan itu, kata Amien, sudah seharusnya semua pihak merekonstruksi mental yang dimulai dari pemimpinnya.
"Sampai sekarang kita ini masih terbelenggu dengan feodalisme yang menjadikan pimpinan sebagai panutan," katanya. (*)
Editor: Jafar M Sidik