Menjadi orang tua memang tidak gampang, apalagi pada era sekarang ini, anak lebih kritis dan ekspresif, sehingga orang tua harus ekstra hati-hati dalam mendidik anak-anaknya, terlalu keras tidak baik bagi perkembangan jiwa anak, terlalu longgar pun juga tidak baik
Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Vina Salviana punya saran bagi para orang tua pada Hari Anak 23 Juli yakni menjadikan anak-anaknya sebagai seorang sahabat tanpa melunturkan etika dan adat kesopanan anak terhadap orang tua mereka.
"Menjadi orang tua memang tidak gampang, apalagi pada era sekarang ini, anak lebih kritis dan ekspresif, sehingga orang tua harus ekstra hati-hati dalam mendidik anak-anaknya, terlalu keras tidak baik bagi perkembangan jiwa anak, terlalu longgar pun juga tidak baik," ucapnya di Malang, 20 Juli 2015.
Menurut dia, pola pendidikan dan masa lalu anak berpengaruh sangat besar terhadap jiwa dan masa tumbuh kembang anak, bahkan pengaruh atau tekanan internal dalam keluarga maupun eksternal (sosial) juga sangat besar. Apakah pengarush internal lebih kuat mempengaruhi anak atau sebaliknya, lebih kuat pengaruh eksternalnya.
Kondisi ini yang harus diperhatikan dengan seksama oleh orang tua. Hubungan dalam ikatan keluarga, antara ayah dan ibu atau orang tua dengan anak juga akan memunculkan sedimen-sedimen dalam memori anak yang akan memunculkan karakter pada anak.
Oleh karena itu, lanjutnya, jangan sampai melakukan kekerasan pada anak karena sedimen-sedimen dalam memori anak itu akan terus muncul dan akan sulit dihapuskan. "Kekerasan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa lainnya terhadap anak, bisa jadi dipicu oleh pengalaman masa lalunya yang pahit atau diperlakukan tidak baik dengan orang yang lebih dewasa," tukasnya.
Menyinggung maraknya kasus penelantaran maupun kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua, Vina mengatakan secara sosial anak tersebut pasti akan mengalami perubahan perilaku dan secara kejiwaan pun pasti juga berubah. "Orang tua dan orang yang lebih dewasa inilah yang perlu digembleng dan dibuka hatinya melalui berbagai upaya agar menyadari bahwa anak harus dilindungi, bukan malah ditelantarkan," ujarnya.
Ia mengemukakan anak-anak telantar dan jalanan yang seringkali ditemui di titik-titik tertentu, bukan berarti mereka kekurangan secara finansial, tetapi banyak anak orang kaya yang tidak mendapatkan perhatian, sehingga mereka mencari kasih sayang di luar rumah dan mencari kehidupan sendiri.
"Selain sudah menjadi tugas orang tua untuk memberikan yang terbaik, termasuk pemenuhan kasih sayang melalui sentuhan-sentuhan lembut orang tua yang mampu 'mengikat' batin anak dan orang tua, kita sebagai orang tua juga jangan menganggap anak itu obyek, tapi jadikanlah sebagai teman, sahabat sekaligus tempat untuk curhat bagi anak," tuturnya.
Maraknya kasus penelantaran anak yang terjadi beberapa waktu terakhir sudah sepantasnya menjadi perhatian. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan segala aspek kehidupannya, mulai dari perkembangan kesehatan, gizi, hingga mental. Semua itu berguna agar anak-anak Indonesia dapat menjadi anak yang cerdas dan berkualitas.
Bahkan, Kementerian Sosial pun tanggap dan memperhatikan perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan perubahan UU tersebut, diharapkan peran orang tua sebagai pihak pertama yang memberikan pengasuhan bagi anak dapat berjalan maksimal, sehingga kasus penelantaran anak yang belakangan marak dapat diminimalkan