dakwatuna.com – “Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia” itulah jargon yang tak henti-hentinya diteriakkan oleh ratusan mahasiswa dari berbagai Institusi Pendidikan di Jawa Timur hari ini. Jumat, 27 Maret 2015 selepas shalat Jumat sekitar 700 Mahasiswa berkumpul di depan halaman Masjid Manarul Ilmi Kampus ITS Surabaya. Warna-warni almamater dari beberapa Perguruan Tinggi sudah tampak bersiap menunggu waktu keberangkatan untuk melakukan AKSI sebagai peringatan terhadap Rapot Merah Presiden Jokowi yang dianggap sangat merugikan rakyat dan perlu untuk dikritisi. Mulai dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Brawijaya (UB), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Politeknik Negeri Malang (Polinema) hingga Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkonsolidasi sebelum melakukan keberangkatan menuju Kantor Gubernur Jawa Timur.
Tepat pukul 14.00 ratusan Mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan aliansi BEM SI Jawa Timur pergi meninggalkan kampus ITS Sukolilo, dipimpin oleh pihak Kepolisian Surabaya. Di sepanjang perjalanan bendera Merah Putih dikibarkan serta Lagu-lagu Perjuangan dikumandangkan, konvoi mahasiswa tampak mencuri pandangan warga Surabaya, bahkan tak sedikit di antara warga yang meneriakkan “Merdeka” sebagai bentuk dukungan terhadap Aksi Mahasiswa kali ini. Sampai di Kampus B Unair di daerah Dharmawangsa ratusan Mahasiswa Universitas Airlangga turut bergabung dan melanjutkan perjalanan.
Setibanya di jalan Pemuda Surabaya barisan mahasiswa memulai aksinya dengan orasi, diawali dengan instruksi dari Presiden BEM ITS bahwa Aksi ini adalah penyambung aspirasi rakyat dan mahasiswa terhadap kondisi bangsa ini di era Jokowi, selain itu beliau juga menghimbau agar acara Aksi kali ini berlangsung damai dan tidak mengganggu pengguna jalan. Satu persatu mahasiswa perwakilan dari masing-masing perguruan tinggi menyampaikan orasinya, di antara isi dari orasi tersebut yang dirangkum dalam Rapor Merah Jokowi yaitu pertama, Konflik KPK-Polri yang tak kunjung usai dimana Jokowi dinilai tidak tegas dalam bersikap, kedua kasus blok Mahakam dimana belum ada kepastian kembalinya kepemilikan 100% saham pada negeri ini, ketiga harga BBM yang mengikuti mekanisme pasar dianggap merugikan rakyat, keempat Kasus Freeport terkait UU Minerba, Kelima Rupiah terus melemah terhadap Dollar, keenam terjadinya cacat hukum dimana hukuman bagi para koruptor tak sebanding dengan rakyat kecil pada kasus Ratu Atut dan Nenek pencuri kayu, dan ketujuh adalah belum adanya kebijakan nyata terhadap pembangunan di bidang kemaritiman. Disusul dengan beberapa aksi teatrikal serta pembacaan puisi dari beberapa perguruan tinggi.
Tak lupa di tengah orasi para mahasiswa meneriakkan agar Gubernur Jawa Timur yang biasa dipanggil Pakde Karwo untuk keluar dari kantornya dan berdiskusi dengan barisan Aksi. Tak lama kemudian Bu Risma sebagai Walikota Surabaya hadir untuk menenangkan mahasiswa dan mengajak beberapa perwakilan mahasiswa untuk masuk ke dalam kantor Gubernur dan membicarakan tuntutan yang disuarakan. Kira-kira pukul 17.15 barisan mahasiswa mulai beranjak menyudahi aksi kali ini ketika perwakilan dari kantor Gubernur Jawa Timur memberikan keterangan perihal menyampaikan tuntutan tersebut pada pemerintah pusat yaitu Presiden Jokowi.
“Jika ada 1000 orang yang berjuang untuk bangsa ini, Pastikan aku ada di dalamnya
Jika ada 100 orang yang berjuang untuk bangsa ini, Pastikan aku ada di dalamnya
Jika ada 10 orang yang berjuang untuk bangsa ini, Pastikan aku ada di dalamnya
Jika ada 1 orang yang berjuang untuk bangsa ini, Pastikan bahwa akulah dia”
Percayalah bahwa kami, Mahasiswa Jawa Timur masih hidup. Aksi ini adalah sebagian kecil dari wujud kepedulian kami terhadap kondisi bangsa ini dan apabila tidak kunjung ada perubahan bersiaplah terhadap kemunculan aksi-aksi berikutnya. (usb/dakwatuna)