Korban NII Terus Diteror
Author : Humas | Friday, April 22, 2011 11:01 WIB | JPNN -
MALANG - Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang diduga menjadi korban cuci otak anggota Negara Islam Indonesia (NII) waswas. Sejak peristiwa itu mencuat, mereka kerap mendapatkan teror.
Salah seorang yang mengalaminya adalah Muhammad Hanif Ramdhan. Teror terhadap Hanif dilakukan lewat SMS dan telepon dari orang tak dikenal. "Si Hanif memang bilang kepada saya bahwa dirinya sering dapat teror lewat SMS atau telepon. Semua nomor yang masuk tidak dikenal," kata Ismed Jayadi, paman Mahatir Rizki, yang diduga korban cuci otak NII, kepada Radar Malang (Jawa Pos Group/JPNN) kemarin.
Salah satu pesan lewat SMS maupun telepon itu mengancam Hanif jika terus berbicara kepada media dan orang-orang di sekitarnya. "Ada yang SMS, ada yang lewat telepon ke HP saya," ucap Hanif. Saat ditanya lebih jauh, Hanif memilih tidak berkomentar. Bahkan, dia langsung mematikan handphone (HP).
Sementara itu, nasib Rizki hingga kemarin belum jelas. Ismed hanya mengatakan bahwa kontak terakhir keluarga dengan Rizki terjadi Rabu sore (20/4). Dalam pembicaraan itu, mahasiswa Informatika UMM tersebut berjanji pulang. "Ayah Rizki (Abdul Muntholib, Red) akan pergi ke Malang. Tapi, detailnya kapan, saya kurang tahu," tutur Ismed.
Salah seorang mantan anggota NII yang tinggal di Malang menyatakan meragukan kabar bahwa mahasiswa UMM yang hilang itu telah masuk menjadi anggota atau warga NII. Apalagi sampai menjadi musahadah hijrah. Yakni, orang yang telah dibaiat keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Lelaki yang biasa disapa Ali itu menjelaskan, dalam perekrutan anggota NII, antara perekrut dan calon warga akan sangat sulit bertemu. "Jangankan antara perekrut dan calon warga, antar pengurus saja tidak tahu secara detail," ujar Ali, yang minta nama lengkapnya tidak disebutkan.
Mengapa tidak tahu" Ali mengatakan, perekrutan dilakukan secara berlapis-lapis. Bahkan dalam pemantapan, mata calon warga harus ditutup saat yang bersangkutan digiring menuju suatu tempat. Dengan begitu, calon warga tidak tahu lokasi pemantapan tersebut. Ali pada 1998 menjadi pemimpin Komandemen NII Malang (setingkat lurah).
Sementara itu, Kodim 0833 Kota Malang turun tangan untuk turut menyelidiki dugaan keterkaitan jaringan NII dalam kasus hilangnya Rizki. Aparat berbaju doreng tersebut bersinergi dengan Polresta Malang untuk melacak mahasiswa dari Nusa Tenggara Barat itu.
Pelacakan tersebut bertujuan menelisik seberapa jauh operasi jaringan NII di Malang dan kota-kota lain. "Kami dwitunggal dengan polisi. Kami bergerak bersama," ungkap Dandim 0833 Kota Malang Letkol Wahyu Jiantono kemarin.
Menurut Wahyu, pihaknya harus turun dan bersinergi untuk menjaga kepentingan yang lebih besar. Yakni, kedaulatan NKRI. Kalau sudah membesar di Malang, jaringan tersebut harus ditekan dan dilarang. Sebab, itu merupakan negara dalam negara alias makar. "Kami bentuk sebuah operasi, selain mengumpulkan data dan fakta lapangan," jelas Wahyu tanpa bersedia menyebutkan isi operasi tanpa sandi tersebut.
Wahyu mengatakan, pihaknya juga menunggu hasil penyelidikan polisi terhadap dugaan penipuan oleh beberapa orang soal hilangnya Rizki. Dengan mengungkap penipuan itu, bisa terbuka tabir dan kedok NII. "Kalau masyarakat mempunyai informasi, bisa ikut membantu. Itu dilakukan untuk keutuhan NKRI," ucap dia.
Terpisah, Kapolres Malang Kota AKBP Agus Salim mengatakan bahwa polres bekerja sama dengan UMM untuk mendapatkan informasi dari para korban perekrutan NII yang telah sadar. Polisi juga memburu mahasiswi UMM yang bernama Maya Mazesta. Termasuk, meminta keterangan dari Agung Arif Perdana Putra, yang keberadaannya dirahasiakan. "Kami masih gali informasi sebanyak-banyaknya. Salah satu kendalanya, beberapa orang yang kami periksa menutup diri," ucap Agus. (gus/yos/war/jpnn/c11/nw)
من المقطوع: http://www.jpnn.com/read/2011/04/22/90146/Korban-NII-Terus-Diteror-
Shared:
Comment