Diwarnai Ngambek, Kekompakan Tetap Tercipta

Author : Humas | Wednesday, October 24, 2012 15:21 WIB | Koran Pendidikan -
Diwarnai Ngambek, Kekompakan Tetap Tercipta

Subhanallah. Kata inilah yang bisa diungkapkan bagi kekompakan siswa biasa dan anak berkebutuhan khusus (ABK) di SMP Muhammadiyah 2 Inovasi Kota Malang. Tanpa sekat, kekompakan tersebut mereka tunjukkan saat out bond di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Sabtu. 
Meski sempat ada yang ngambek, anak-anak ABK sangat antusias menjalani out bond yang di bimbing langsung oleh dosen dan mahasiswa S2 Jurusan Psikologi UMM. Sama seperti anak umumnya, anak-anak ABK juga tak canggung bernyangi, bermain tebak-tebakan  dan berbagai permainan lain yang dipandu para instruktur.
“Melihat keceriaan anak-anak ABK yang sudah bisa bergaul, ini menunjukan pendidikan di sekolah ini benar-benar berkualitas sehingga  bisa membuat siswa menjadi sosok yang mandiri, mampu bergaul dan bisa berprestasi,” ungkap Kepala SMP Muhammadiyah 2, Drs H Mardjono M Si.
Ia menambahkan dari 104 siswa SMP Muhammadiyah 2 saat ini memiliki 14 anak didik ABK. Enam orang anak merupakan siswa angkatan pertama, dan delapan orang angkatan ke dua sejak sekolah ini membuka kelas inklusi dua tahun lalu.
“Alhamdulilah berkat penanganan yang bagus dari pengajar yang ada di sekolah ini dan Pascasarjana UMM, anak-anak ABK saat ini kemampuannya sudah semakin berkembang pesat,” jelas Mardjono.
Berkat ketekunan guru-guru yang membimbing, dari 14 anak ABK yang menjalani pendidikan di SMP Muhammadiyah 2, dua diantaranya saat ini sudah masuk kelas regular. Hebatnya keduanya bisa menjalani pendidikan dengan baik bahkan memiliki keunggulan mengalahkan teman-teman dari kelas regular.
Agar anak-anak ABK bisa semakin berkembang maksimal, Mardjono mengaku tiap tahun selalu menambah alat. Karena itu pihaknya berharap Diknas Kota Malang semakin peduli terhadap pendidikan anak-anak inklusi, termasuk di SMP Muhammadiyah 2 Kota Malang.
Mardjono menceritakan, saat pertama mendapatkan amanah untuk memimpin SMP Muhammadiyah 2 tahun 2010 lalu dia sangat prihatin. Sebab sekolah ini muridnya sangat sedikit, kesejahteraan gurunya sangat rendah sehingga sangat sulit untuk bisa mencetak generasi yang unggul.
Dengan keberadaan guru-guru yang sangat berdedikasi, akhirnya SMPN Muhammadiyah 2 menggunakan sistem full day school dan menerima ABK. Kini, sekolah ini sudah memiliki 104 siswa, memiliki beberapa unit usaha, dan kini mengembangkan kursus bahasa Inggris, English Inovation Course (EIC).
Orang tua ABK, wiwik Sunaryati mengaku senang dengan adanya sekolah inklusi di SMP Muhammadiyah 2. Sebab meski biaya pendidikannya terjangkau oleh rakyat kecil, mutu pendidikan nya benar-benar berkualitas. “Anak saya saat ini sudah semakin percaya diri dan mandiri. Termasuk dalam menjalankan sholat,” tegas Wiwik..nia-KP

من المقطوع: http://www.koranpendidikan.com/view/2057/diwarnai-ngambek-kekompakan-tetap-tercipta.html
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: