.jpg)
KELOMPOK etnik seringkali dikaitkan dengan kesuksesan sebuah kemenangan seseorang dalam pemilihan daerah. Namun ternyata tidak selalu demikian, sebab masyarakat sudah semakin memiliki otonomi dan kebebasan dalam memilih. Inilah yang diungkapkan oleh Zainur Wula saat ujian doktoralnya di program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Sabtu (4/8).
Kenyataan tersebut ia temukan di daerah Kupang pada pemilukada periode 2007-2012. “Otonomi memilih benar-benar diterapkan sehingga mereka benar-benar memilih pemimpin yang dianggap cakap dan mampu dalam manajemen politik dan organisasi birokrasi,” terang Zainur.
Selain itu, imbuhnya pemilih juga mempertimbangkan program kerja yang ditawarkan dan ganjaran yang diperolehnya. Bahkan keberagaman etnik dan perilaku politik pemilih di Kupang dapat menciptakan integrasi social yang solid.
Meski demikian ia tetap merekomendasikan adanya pendidikan politik di Kupang. Bukan sekedar menjelaskan tata cara pelaksanaan Pilkada tetapi juga harus memberikan pencerahan dan penyadaran politik kepada masyarakat.
“Model ini masih secara umum, secara khusus adalah perlunya revitaslisasi budaya politik lokal untuk membangun tsun politik yang berbasis pada budaya lokal. Dengan demikian masyarakat akan semakin bijak, rasional dan bermoral tinggi,” terang dosen Fakultas ilmu Sosial di Unmuh Kupang ini..nia-KP
.jpg)
