MALANG - Kota Malang semakin menegaskan bahwa kota pendidikan ini menjamin kenyamanan hidup mahasiswa yang menuntut ilmu di kota ini. Minggu lalu, tiga perguruan tinggi di Malang secara hampir bersamaan, meresmikan fasilitas Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Tiga PT tersebut adalah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Malang (Unisma), dan Universitas Brawijaya (UB) Malang. Bedanya, jika di Unisma dan UB baru dalam tahap pembangunan, UMM telah melakukan launching rusunawa. Bahkan kesempatan itu dimanfaatkan UMM untuk menandai awal pembangunan tahap II.
Tak tanggung-tanggung, hajat meresmikan Rusunawa tersebut dihadiri langsung Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) M Yusuf Asy’ari. Kedatangan Asy’ari didampingi Kepala Pusat Pengembangan Perumahan Kementrian Perumahan Rakyat, Andi Zainal Dulung.
Asy’ari dalam sambutannya di UMM menegaskan, pembangunan rusunawa ini juga dilakukan di beberapa perguruan tinggi mulai Aceh hingga Papua. Dana yang disiapkan senilai Rp 400 miliar dan baru terserap Rp 151,5 miliar. ”Persyaratan bagi perguruan tinggi yang mau mendapatkan bantuan ini adalah perguruan tinggi tersebut memiliki lahan yang cukup minimal 3 ribu m2, memiliki perizinan, sanggup melakukan pemeliharaan dan sanggup menyediakan dana pendamping untuk memenuhi fasilitasnya,” urai Asy’ari.
Rektor UMM, Dr Muhadjir Effendy MAP mengatakan Rusunawa ini diharapkan menjadi sarana pemersatu mahasiswa. Karena itu, prioritas tempat ini ditujukan bagi mahasiswa dari luar pulau. Termasuk beberapa mahasiswa asing yang belajar di UMM. “UMM ini bagaikan miniatur Indonesia, bahkan dunia. Beragam kultur ada di sini. Awal tahun ini ada 25 mahasiswa Thailand Selatan yang kami beri beasiswa. Mereka tinggal di Rusunawa ini juga,” ucap Muhadjir.
Sementara, Wakil Wali Kota Malang, Bambang Priyo Utomo BSc yang hadir saat launching rusunawa UMM mengatakan, turis akademik (mahasiswa) di kota Malang juga membantu pertumbuhan ekonomi di kota ini. Bahkan pertumbuhan ekonomi Malang sebesar 6,7 persen yang juga pertumbuhan paling pesat se Indonesia, berasal dari keberadaan mahasiswa di 52 perguruan tinggi ini.
”Tiap bulan sekitar Rp 50 miliar perputaran uang yang berasal dari kos-kosan turis akademik dan sebagainya. Malang sebagai kota pendidikan dan kota wisata memang memiliki ciri tersendiri. Wisata di sini paling tidak butuh waktu minimal empat tahun, pulangnya tidak membawa oleh-oleh matei, namun mendapat gelar sarjana,” kata Bambang. .dik-KP