MALANG - Sebuah bangunan masjid bergaya unik mirip arsitektur negeri Tiongkok nampak mewarnai proses pembangunan Rumah Sakit (RS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pembangunan fisik masjid yang belum memiliki nama itu diperkirakan selesai dalam waktu dua bulan mendatang.
Menurut Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP keberadaan masjid ini diharapkan menjadi fasilitas untuk mendekatkan rumah sakit dengan masyarakat.
“Masyarakat bisa memanfaatkan masjid itu sebelum rumah sakit selesai dibangun. Yang lebih penting adalah membangun moral jauh lebih penting sebelum membangun fisik,” ucapnya.
Alasan lainnya yaitu pada lantai dasar dimanfaatkan sebagai perkantoran RS untuk sementara, sebelum gedung utama RS selesai sehingga memudahkan koordinasi pembangunannya.
Sedangkan alasan dipilihnya arsitek Tiongkok dengan tiga lapis atap masjid, menandakan bahwa UMM bersifat terbuka, plural dan bisa belajar dari mana saja, termasuk ke negeri China. Tiga lapis atap yang mirip masjid Muhammad Cheng Ho Pasuruan itu, menurutnya, menandakan kekuatan Iman, Islam dan Ihsan.
Meski masjid itu akan segera rampung dalam waktu dekat, tidak demikian dengan penyelesaian rumah sakit UMM sendiri. Karena fisik bangunannya lebih besar dan kompleks, Muhadjir menargetkan rumah sakit itu akan rampung dalam waktu dua tahun dengan sumber dana UMM sendiri. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan masuknya investor yang akan ikut menanamkan modalnya di rumah sakit UMM sebagaimana ketika membangun Hotel Pendidikan UMM Inn lima tahun lalu.
Oleh karena dibangun dengan biaya sendiri, rumah sakit UMM tidak mau mengambil risiko ditolak warga sekitar. Itulah sebabnya, sejak membebaskan lahan sekitar sembilan hektar, jauh hari UMM sudah melakukan pendekatan dengan masyarakat. Respon warga pun sangat positif mendukung.
“Semua perijinan dan analisis lingkungan juga sudah dilakukan sebelum pembangunan dimulai,” tandasnya.
Ia berharap rumah sakit UMM nantinya akan menjadi pusat pelayanan kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan sistem subsidi silang, masyarakat kurang mampu akan disubsidi untuk mendapatkan pelayanan yang layak. Selain itu, RS UMM juga diharapkan menjadi pusat riset medis untuk mengembangkan keilmuan kedokteran, keperawatan dan farmasi.
“Di dalamnya juga terdapat pusat rehabilitasi sosial, bahkan tidak menutup kemungkinan ada pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba,” pungkas Muhadjir. (oci/eno)