Berawal dari Kesalahan Besar, Lahirkan Prestasi Besar

Author : Humas | Monday, June 18, 2012 20:27 WIB | Malang Post -

MALANG - Prestasi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas  Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP - UMM) sangat membanggakan. Itu dibuktikan dengan prestasi yang disabet oleh Kholifah, S.Pd. Mahasiswi asal Tuban ini menduduki peringkat 2 wisudawan se-UMM dengan IPK 3,93.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku dirinya bukan dari keluarga yang berkecukupan, namun ia bertekad membuktikan bahwa dirinya mampu. Ia menjalani masa pendidikannya di TK Dharma Wanita, SDN Pulo Gedhe 1, SMP Islam Tambak Boyo dan SMA di KMI (Kuliattul Muallimin Wal Muallimat Al-Islamiyah) Tuban dan ditambah 1 tahun untuk pendalaman Bahasa Inggris, sebagai syarat bersekolah di KMI.
Setelah lulus dari KMI, ia mendapat beasiswa ke Yaman. Sayangnya, orang tuanya tidak mengizinkan, karena ia anak perempuan dan konflik Timur Tengah yang berkepanjangan.  Kemudian, ia mendaftar di Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki dengan mendapat beasiswa dari Yayasan KMI, tetapi orang tuannya tidak mengizinkannya, karena ia nanti jika lulus akan kembali di Yayasannya.
Tidak berhenti di situ, Kholifah mendaftar di UMM dan mengambil jurusan Bahasa Inggris. Sayangnya, orang tuannya kembali melarangnya lagi karena Sarjana Bahasa Inggris sudah banyak. Kemudian, ia terpaksa pindah jurusan ke Bahasa Indonesia sesuai kehendak ayahnya.
Kesan pertama masuk ke Bahasa Indonesia menurutnya sangat menakutkan, minder dan merasa bahwa ia tidak bisa apa-apa dibandingkan teman-temannya. ”Mengambil Bahasa Indonesia adalah salah satu kesalahan besar. Karena saya tidak begitu suka, tidak mengenal, dan tidak tahu kalau Bahasa Indonesia memiliki keunikan tertentu,” tuturnya kepada Malang Post saat ditemui di LK (Lembaga Kebudayaan) kemarin.
Waktu itu, ia mengenal Bahasa Indonesia itu hanya tiga majas saja yaitu, pertentangan, pertautan dan perbandingan. Ambisius dan tidak mau kalah adalah semangat yang memicu untuk tetap belajar dan belajar. Ia menuju toko buku Wilis dan Toga Mas untuk membeli buku Lingustik dan Sastra guna memperdalam pengetahuannya tentang Bahasa Indonesia. Motivasi selalu ia dapat dari kedua orang tuannya dan teman terdekatnya.
Dari segi teman, terkadang ia mendapat cemohan dan sindiran karena terlalu serius dan berlebihan dalam berkuliah, hingga tak ada waktu untuk bermain. Ia menaggapi hal tersebut sebagai motivasi saja, karena kuliah 3,5 tahun harus dijalani dengan sungguh-sungguh.
Prestasi yang ditorehkan pun terbilang luar biasa semasa kuliahnya. Pada semester 1 ia berprestasi dalam debat Program Pembentukan Kepemimpinan dan Kepribadian (P2KK), mulai semester 3 berhasil meraih IPK terbaik (4,00) dan wisuda terbaik se-jurusan, se-angkatan, dan se-Universitas, ia pernah menjabat sebagai sekretaris Kebijakan Publik (KAMMI) tahun 2009-2010.
Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan BEM, menjadi Direktur Pelaksana koran Cendekia, selama kuliah ia mendapat beasiswa PPA, PPE, dan BBM, selain itu ia juga menjadi KKN terbaik di kelompok 48, dan menjabat sebagai sekretaris.
Semester 4, ia sudah menguasai bahan untuk skripsinya. Kemudian semester berikutnya, ia mencari-cari teori dan menyelesaikan datanya. Pada semester 7, ia mengikuti bimbingan. Selain itu, ia juga PKL di Malang Post sebagai redpelnya dan PPL di SMAN 1 Tugu dengan kerja Part Time di Lembaga Kebudayaan UMM. “Kalau kita tidak berani lelah, maka kita tidak akan bisa lulus 3,5 tahun. Dan semakin kita sibuk, hingga tidak punya waktu, maka kita semakin bisa mengatur kegiatan kita,’’ tuturnya.
            Alasannya Lulus 3,5 tahun karena ingin menunjukkan bahwa kuliah itu tidak sulit. Selain itu, karena faktor biaya. “Kalau semakin lama mendekam di kampus, maka akan banyak menghabiskan biaya. Saat itu saya mati-matian agar bisa bertahan kuliah. Semua pekerjaan saya lakukan. Mulai bekerja di butik Griya Santa, jual pulsa, mengajar TPQ di BCT sampai Privat. Selain itu saya juga mendapatkan rezeki dari lomba Famil Quran di ajang Rector Cup dua tahun berturut-turut dan PKM yang diajukan lulus Dikti,” jelasnya.
Dalam kerja kerasnya ia tidak pernah merasa tertekan karena ia memiliki target bahwa setiap mata kuliah harus dapat “A”. Namun semua itu harus diimbangi dengan sebuah action. “Prestasi itu ngikut saja. Jadi yang harus dilakukan adalah bersungguh-sungguh, melakukan setiap tugas dan kewajiban dengan maksimal. Tidak harus IP itu 4,00, pokoknya kerjakan semaksimal mungkin. Harus ada target seperti harus lulus 3,5 tahun. Jadi sebisa mungkin harus memaksimalkan potensi, akhirnya prestasi itu ngikut dengan sendirinya tanpa kita harus berbuat apa-apa,” pungkasnya.(kelompok 3/abdul halim)

من المقطوع: http://www.malang-post.com/edupolitan/48997-berawal-dari-kesalahan-besar-lahirkan-prestasi-besar
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: