MALANG – Memanasnya hubungan diplomasi Indonesia dan Malaysia sepertinya berimbas pada kebijakan penerimaan mahasiswa baru asing di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pasalnya tahun ini, UMM kembali menerapkan kebijakan menolak mahasiswa Malaysia dan asing lainnya.
Hanya saja kebijakan itu berlaku khusus di Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Farmasi.
Namun Rektor UMM Muhadjir Effendy menampik jika dikatakan dirinya menolak mahasiswa asing khususnya Malaysia karena memanasnya hubungan diplomasi Malaysia dan Indonesia. Menurutnya dua fakultas itu dianggap sangat strategis sehingga lebih diperuntukkan bagi mahasiswa lokal.
Penutupan pendaftaran Fakultas Kedokteran dan Jurusan Farmasi untuk mahasiswa asing di mulai sejak empat tahun lalu. Saat itu UMM menerima permohonan pendaftaran dari sekitar 22 mahasiswa asal Malaysia yang tergabung dalam satu kelompok yang sama.
Alasan penolakan menurut Muhadjir karena dua kelas itu adalah kelas yang strategis dan banyak diminati mahasiswa lokal. ”Fakultas Kedokteran dan Farmasi itu paling diminati tapi terbatas. Banyak mahasiswa lokal yang belum tertampung setiap tahun, masak kami malah menerima Malaysia,” kata Muhadjir kemarin.
Kebijakan yang sama masih berlanjut hingga tahun ini. Menurut Muhadjir, setiap tahun selau ada saja mahasiswa asing yang masih mencoba mendaftar ke dua jurusan itu. Namun UMM tetap bergeming untuk tidak membuka peluang kepada mereka. ” Ini bukan sikap egois. Di Malaysia pun universitas negerinya juga tidak dibuka untuk mahasiswa asing. Sangat tidak logis bila kita menerima mahasiswa Malaysia lantas menelantarkan warga kita,” tandasnya.
Di dua Jurusan itu jumlah mahasiswa pertahunnya terbatas dengan angka yang cukup sedikit. Untuk tahun ini Fakultas Kedokteran hanya menerima 150 mahasiswa sedangkan Jurusan Farmasi lebih sedikit lagi dengan jumlah 100 mahasiswa.
Selain FK dan Jurusan Farmasi, Muhadjir menyebut mahasiswa Malaysia di UMM juga banyak membanjir di fakultas lain seperti di Fakultas Psikologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Bahasa Indonesia dan Fakultas Agama Islam. ”Ada sekitar 20 mahasiswa Malaysia tahun ini, terbanyak ada di FKIP Jurusan Bahasa Indonesia dan Fakultas Psikologi,” bebernya.
Dilanjutkannya penolakan itu tidak berkaitan dengan tensi diplomatik yang kian memanas antara Indonesia dan Malaysia beberapa pekan terakhir. Menurutnya antara politik dan pendidikan adalah dua hal yang terpisah dan tidak bisa dicampur adukkan. ” Politik berjalan sendiri begitu pula pendidikan. Banyak juga dosen UMM yang jadi dosen tamu di Malaysia,” pungkasnyar. (pit/eno)