MALANG- Kerjasama pengolahan sampah antara Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Pemkot Malang dan Pemerintah Belanda berlanjut. Setelah selesai pelaksanaan tahap pertama, kemarin dilakukan MoU untuk kerjasama tahap kedua. Hadir dari BGP Engineering Belanda, Williem Maaskan. BGP Engineering Belanda menyerahkan laboratorium flaring system yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang ke Pemkot Malang dan UMM.
“Untuk tahap kedua ini pengembangan difokuskan pada capacity building, dimana UMM akan menularkan ke perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang lain,” ungkap Direktur Center for Energy Environment and Regional Development (CEERD) UMM, Prof Laode Kamaludin.
Menurut guru besar Fakultas Ekonomi (FE) UMM ini UMM saat ini sudah menjadi expert atau ahli di bidang pengolahan sampah. Bahkan siap menjadi konsultan bagi kota yang akan mengembangkan manajemen pengolahan sampah ini. Harapannya karena kurikulum mengenai pengolahan sampah ada di UMM maka alumninya terutama di FE dan Fakultas Teknik (FT) bisa terjun sendiri ke lapangan.
“UMM saat ini sudah menjadi centrepoint di bidang perubahan iklim dan pemanasan global,” jelasnya.
Selain di Malang, proyek yang sama juga dilakukan UMM saat ini di Palu, Samarinda, dan Mataram. Diakuinya kedepan pengeloaan sampah idealnya sudah diserahkan ke pihak swasta. Masalah pengelolaan sampah ke swasta, lanjut dia, juga sudah dilakukan oleh banyak negara maju khususnya Jerman. Sehingga tidak ada salahnya, langkah Pemerintah Batam itu juga diikuti daerah lain utamanya Malang Raya.
Sementara Williem Maaskant, CEO BGP Engineer Belanda mengatakan keberadaan laboratorium tersebut cukup strategis dalam upaya berperan mengurangi pemanasan global. (oci/han)