Para pengunjung mengepung Suyatno, salah satu pedagang batu akik di Jl Majapahit, Kota Malang, saat menunjukkan salah satu koleksinya yang unik. Ya, Suyatno punya batu akik bercorak presiden Soekarno. Unik bukan ? Saking uniknya, batu tersebut dia jual sampai ratusan juta.
Batu akik Soekarno ini, Suyatno dapatkan dari salah seorang kolektor tua asal Malang beberapa waktu lalu. Saat itu, Suyatno sedang berjualan di lapaknya yang berada di Jl Majapahit. Tiba-tiba, seseorang datang menawarkan batu tersebut. Mulanya Suyatno tidak sadar, tapi setelah diperhatikan, rupanya batu itu mirip dengan wajah presiden pertama Indonesia ini.
Lantas ini membuat hatinya gembira. Baru kali itu dia dapatkan batu akik seperti itu setelah belasan tahun berjualan di Jl Majapahit. Langsung saja dia berani pasang harga tinggi, sampai Rp 100 juta.
"Saya lihat-lihat mirip wajah Soekarno. Ini saya mau jual kalau ada yang berani tawar Rp 100 juta," ujar Suyatno saat ditemui Malang Post, kemarin (13/3/15) siang.
Ya, sempat ada yang menawar Rp 75 juta, kata Suyatno, tapi dia tolak karena dia tetap keras menjualnya Rp 100 juta. Batu akik milik Suyatno ini, berwarna dasar orange. Di tengahnya, terdapat gambar setengah badan siluet Soekarno yang tengah menghadap ke samping dan memakai kopiah khas Soekarno. Gambar tersebut berwarna hitam dove. Sekilas bila dilihat, gambar corak batu tersebut memang mirip dengan Soekarno.
Katanya, gambar Soekarno itu terbentuk secara alami sejak pertama kali dia temukan barang tersebut. Karena itu, dia berani masang harga tinggi, meskipun dia mengakui kalau mendapatkan barang tersebut dengan harga yang cukup rendah.
"Harganya rahasia, saya beli dari seorang kolektor tua di Malang pokoknya," kata Suyatno.
Tidak hanya batu akik saja yang menjadi pusat perhatian di emperan penjual batu akik di sana. Batu milik Sugito berjenis Lavender, juga menarik perhatian para pengunjung. Sugito mengatakan, batu akiknya itu pernah ditawar sampai Rp 35 juta. Tapi, saat itu Sugito masih belum rela melepasnya.
Pria berusia 52 tahun ini, merupakan "bos" dari para pedagang batu akik di Jl Majapahit. Ya, Sugito merupakan Ketua Paguyuban Pedagang Batu Mulia Malang. Ayah empat anak ini, sudah 20 tahun lebih berjualan batu akik di tempat tersebut. Bahkan, dia sangat bangga dengan satu-satunya pekerjaan yang dia lakoni. Sebab, berkat pekerjaannya itu, dia berhasil memberikan gelar sarjana kepada anak pertamanya.
"Ya, dari jualan batu ini, saya bisa menguliahkan anak saya. Anak saya kuliah di UMM (Universitas Muhammadiyah Malang). Sekarang anak saya sudah lulus, jelas saya sangat senang," ungkapnya.
Menurutnya, menjual batu akik tidak semudah menjual barang lain, apalagi dulu waktu awal-awal dia berjualan. Hanya para penggemar dan kolektor saja yang mencarinya. Sedangkan anak muda? Sebagian masih sangsi dengan kekuatan mistisnya.
Ya, kata Sugito, dulu kan batu akik dikenal dengan kekuatan mistisnya. Jadi, hanya orang-orang tertentu saja yang mencarinya. Sekarang, batu akik dikenal dengan batu mulia nan indah. Mulai dari anak-anak, sampai tua, semua mencarinya. "Meski begitu, aura tetap ada. Batu akik ini tetap memiliki auranya sendiri-sendiri," tandasnya.
Maraknya pemberitaan batu akik di media cetak dan televisi, membuat penjual batu akik naik daun. Ya, dulu di sepanjang emperan Jl Majapahit, paling hanya ada 30 sampai 50 pengunjung dalam sehari. Sekarang, bisa sampai 150 pengunjung lebih dalam satu hari. Ini bisa terlihat dari jumlah parkir motor yang menumpuk di depan emperan tersebut setiap harinya.
Keramaian di emperan penjual batu akik ini, mulai terjadi sekitar 7 bulan lalu, saat salah satu majalah yang khusus membahas batu mulia muncul. Ditambah, pada awal tahun 2015 lalu, pemberitaan media cetak dan elektronik semakin kencang. Sehingga, peningkatan dirasa sangat drastis.
Sugito mengatakan, peningkatan pengunjung dan penjualan bisa mencapai 150 persen dari sebelumnya. Meski begitu, ini berlaku relatif. Karena menjual batu akik itu untung-untungan. Sugito saja pernah, hanya dengan menjual satu batu, dia bisa mendapatkan Rp 20 juta. "Ya, dua minggu lalu, batu Bacan ada yang menawar Rp 20 juta. Memang menjual batu akik ini, tergantung selera dari pembeli," tandasnya.
Kendati sudah mulai ramai, para pedagang masih berharap Pemda setempat bisa memfasilitasi dan memanfaatkan momentum ini. Sugito mengatakan, Pemda di daerah-daerah lain, mulai memfasilitasi para pedagang batu akik di sana. Mulai dari menyediakan lapak, sampai mengadakan pameran-pameran.
Namun di Malang, baik Kabupaten maupun Kota, masih belum ada program semacam itu. "Karena itu, kami berharap ini Pemda setempat bisa menaruh perhatian lebih kepada kami. Karena batu ini, merupakan komoditas yang baik dan sedang naik daun," pungkas Sugito.