MALANG - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali kedatangan mahasiswa asing program Australian Consortium for In Country Indonesian Studies (ACICIS). Ada enam mahasiswa asing yang dijadwalkan mengikuti program penelitian di UMM, namun hanya empat orang yang kemarin secara resmi diterima.
“Dua mahasiswa yang lain batal ikut karena sakit, sehingga hanya ada empat saja yang mengikuti program ACICIS angkatan ke 31 ini,” ungkap Direktur ACICIS, Prof Dr H Mas’ud Said.
Seperti biasa, mahasiswa ACICIS akan melakukan riset dengan bimbingan dosen UMM. Salah satu judul penelitian yang akan diangkat adalah mengenai budaya tato di Jawa. Penelitinya Angharad Lodwick. Hanya saja saat sesi diskusi banyak masukan dari dosen UMM agar penelitian itu diganti dengan meneliti fenomena susuk di Indonesia.
“Di Indonesia tato gak ada yang khas, mungkin malah susuk yang khas,” ungkap salah satu dosen, Sugeng Puji Leksono.
Menariknya dari empat mahasiswa itu ada mahasiswa Australia yang juga pernah mengikuti angkatan sebelumnya. Dia adalah Broke Nolan. Mahasiswi University of Western Australia ini mengaku tertarik melakukan banyak penelitian di Indonesia.
Terhitung sudah ada dua penelitian yang ditulisnya dalam program ACICIS ini. Penelitian pertama mengenai kuburan Dayak di Kalimantan Tengah, penelitian ke dua mengenai pencurian ikan di Pulau Rote, dan penelitian ketiga yang akan dilakukannya yaitu mengenai kemiskinan dan kebudayaan di Banyuwangi.
“Saya tertarik budaya Indonesia yang beraneka ragam, dan UMM memberi peluang saya untuk melakukan studi ini,” ungkapnya saat sesi perkenalan kemarin.
Selain Broke, mahasiswa Australia yang mengikuti program tahun ini yaitu Zainul Danny Ariefin Fairhead dengan penelitian mengenai industrialisasi Sunda Kelapa, Angharad Lodwick dengan tema penelitian budaya tato di Jawa, dan Jessiza Rae dengan penelitian Taman nasional di Jember.
Diungkapkannya ACICIS merupakan program kerjasama antara UMM dengan beberapa universitas di Australia. Selama di UMM mahasiswa ACICIS harus mengikuti berbagai kegiatan. Mulai dari masa perkenalan studi atau studi orientasi. Selama satu semester mahasiswa akan mendapatkan bimbingan agar dapat melakukan diskusi mengenai topic yang akan diteliti.(oci/eno)