MALANG - Kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim terus disuarakan. Kemarin Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup menggelar sosialisasi di kampus putih UMM.
Dalam sosialisasi kemarin peserta diingatkan bahwa pemanasan global membawa dampak yang luar biasa. Termasuk diantaranya akan tenggelamnya pulau-pulau kecil termasuk kota-kota yang punya ketinggian rendah di atas permukaan laut (DPL).
“Sebuah studi menyebutkan pada 2100 ada 115 pulau yang hilang karena naiknya permukaan air laut,” ungkap Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim, Amanda Katili Niode PhD saat seminar di UMM kemarin.
Untuk Jawa Timur (Jatim) beberapa pulau yang terancam hilang diantaranya pulau Giliraya, Pulau Gili Genteng, pulau Puteran juga Pulau Sapudi. Beberapa kota terdekat di Malang seperti Bangil, Probolinggi yang ketinggiannya 6-8 meter dpl terancam hilang jika permukaan air laut naik hingga 70 meter. Termasuk Surabaya yang ketinggiannya 6-10 dpl. Walau pun Kota Malang dan Batu aman karena ketinggiannya diatas 500 dpl, namun dampak migrasi penduduk akan merepotkan warga setempat.
“Karena itu adaptasi dan mitigasi perlu dilakukan terus menerus, tak hanya secara individual tapi juga secara bersama atau komunitas,” ungkap Ketua PSLK UMM, Wahyu Prihanta.
Sementara itu Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup, Najib Dahlan menjelaskan pemerintah sudah mengupayakan berbagai langkah untuk mengatasi dampak perusakan lingkungan. Diantaranya dengan menerbitkan UU nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
“UU ini menegaskan bahwa pemerintah pun bertanggung jawab terhadap izin yang dikeluarkan terkait lingkungan, jika ada kesalahan maka pemerintah bisa dipidanakan,” pungkasnya.(oci/eno)