 |
| Ilustrasi penembakan |
SURABAYA- Terlepas siapa pelaku pembantaian di LP Cebonga, Sleman, Yogyakarta, namun tragedi yang menewaskan empat penghuni Lapas tersebut ada segi positif dan negatif.
Demikian disampaikan Pengamat Militer Muhadjir Efendi ketika mengomentari tragedi tersebut.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menjelaskan, segi negatif adalah proses main hakim sendiri. Tindakkan main hakim sendiri tidak dibenarkan, sehingga kasus tersebut harus diusut tuntas.
"Pembantaian itu dilakukan oleh satuan kecil yang terlatih, sehingga kesalahannya mendekati nol. Apapun itu telah melakukan tindakkan main hakim sendiri sehingga berujung tewasnya empat terdakwa," kata Muhadjir kepada Okezone, Senin (25/3/2013).
Sementara segi Positifnya adalah memberikan efek jera terhadap aksi premanisme. Sebagaimana diketahui, terdakwa adalah pelaku penusukkan anggota Komando Pasukan Khusus Grup II Kandang Menjangan Kartosuro, pada Selasa dinihari lalu di Hugo's Cafe.
Sejauh ini, penindakkan aksi premanisme di Indonesia sangat lemah. Bahkan, beberapa preman-preman itu banyak yang memiliki backing kuat dan nyaris tidak tersentuh oleh hukum.
"Tapi bukan berarti saya sepakat dengan aksi pembantaian tersebut. Minimal adalah memberikan efek jera bagi aksi premanisme selama ini," ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan pertahanan militer di Pentagon, Amerika serikat.
Muhadjir juga menyebut, kemungkinan aksi pembantaian di Sleman itu adalah by Desain. Artinya, upaya tersebut hanya untuk pengalihan isu yang tengah mendera bangsa ini, seperti kasus korupsi, Hiruk Pikuk Partai Demokrat hingga kasus Hambalang.
"Terlalu jauh jika diseret ke sana, tapi ya bisa saja mungkin bisa saja iya. Negara kita kan begitu selalu menutup isu ini dengan isu lainnya. Paling tidak untuk sementara waktu terkonsentrasi ke sana," tukasnya.