JAKARTA (Pos Kota)- Sejak Nusantara dikuasai penjajah barat, ilmu agama Islam ditempatkan pada urutan di bawah ilmu-ilmu barat. Praktik kekufuran dan kezaliman tersebut ironisnya terus berlangsung hingga kini.
“Ilmu pengetahuan diunggulkan dari ilmu Ketuhanan atau ilmu Ketauhidan,” papar Drs Zamahsari M Ag, Wakil Rektor IV Bidang Al Islam dan Kemuhamadiyahan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di sela seminar kurikulum Integrasi Islam dan Disiplin Ilmu.
Karena itu menurut Zamahsari perlu ada paradigma dan langkah baru yang mampu mengharmonisasikan ilmu-ilmu Tauhid dengan ilmu-ilmu barat. Dengan integrasi dua ilmu tersebut maka ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan.
Saat ini sejumlah perguruan tinggi Muhammadiyah diakui telah mulai mengembangkan disiplin ilmu dan kurikulum yang diintegrasikan dengan konsep Islam. Seperti di Fakultas Psikologi Uhamka yang sejak 2012 tidak hanya melakukan kajian yang berasal dari Barat, tetapi juga kajian Islam.
“Setelah piloct project di Fakultas Psikologi, tahun ini juga dikembangkan ke fakultas lainnya,” kata Zamahsari.
Gerakan yang mengintegrasikan disiplin ilmu barat dan Islam, lanjut Zamahsari sebetulnya sudah dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai kelanjutan dari gagasan KH Ahmad Dahlan yang sejak tahun 1920 menginginkan integrasi antara ilmu dari Barat dan Islam.
Integrasi ini membutuhkan energi yang besar, dari mulai peta jalan, kajian, hingga sumber daya manusia, dengan antara lain melakukan kritik terhadap ilmu sekuler dari Barat dengan menggunakan konsep-konsep Islam hingga melakukan perbandingan antara keduanya di tingkat empiris.
Dalam rangka mengembangkan kurikulum terintegrasi ini jelas Zamahsari, Muhammadiyah mencoba mencari masukan dari universitas Islam di Malaysia yang lebih dulu telah mengaplikasikannya. Diantaranya adalah International Islamic University Malaysia (IIUM) yang telah melakukan Islamisasi Ilmu Pengetahuan secara besar-besaran di Malaysia sejak lama.
Mantan Rektor IIUM Prof Kamal Hasan mengatakan, integrasi ilmu pengetahuan dan Islam di kampusnya telah dilakukan di berbagai disiplin ilmu seperti di Fakultas Kedokteran, Teknologi Informasi, Sains, Sains Sosial, Ekonomi, hingga Kependidikan.
“Sejak Malaysia dijajah Barat, ilmu-ilmu di Malaysia binaan Barat menafikan ilmu wahyu. Perlu ada paradigma baru yang mampu mengharmonisasi ilmu-ilmu Barat ini dengan ilmu Tauhid, karena pemisahan ini merupakan kedzaliman terhadap Allah. Itulah mengapa IIUM didirikan pada 1983,” kata Kamal.
Contohnya ilmu sains sosial yang mengajarkan sosiologi dan psikologi dengan memasukkan perspektif Islam, serta pengajaran ilmu hukum yang tidak hanya berbasis hukum Inggris tetapi juga hukum syariah.
Dalam kesempatan itu, Kamal juga menyatakan kekagumannya pada ulama Indonesia Buya Hamka yang menjadi gurunya melalui berbagai tulisannya serta menyatakan senang bahwa perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah juga mengembangkan paradigma ini.