Catatan Tinggal di Eropa (II): Perjalanan Menuju Sujud

Author : Humas | Thursday, October 04, 2012 14:00 WIB | Republika -
Catatan Tinggal di Eropa (II): Perjalanan Menuju Sujud
Portugal

EPUBLIKA.CO.ID,Setelah sampai di Indonesia, saya banyak merenung.  Istri saya dapat meraih impian dengan menetap di Eropa selama enam bulan dengan biaya Uni Eropa.  Mengapa saya tidak bisa?  Barrier psikologis saya adalah kemampuan berbahasa Inggris yang pas-pasan (tolong dibaca “nol besar”). Ucapan yang paling lancar yang pernah saya sampaikan pada sang istri adalah  “I love you”, itupun masih dengan logat Jawa Timuran atau malah Sunda barangkali karena sering keseleo menjadi “I lop yu” atau kadang “I lopiu”.   

Namun apabila istri bisa pergi ke Eropa dengan bekal bahasa Inggris yang dikuasainya, mengapa saya tidak?.  Sang istri mendorong saya supaya dapat meraih impian ke Eropa.  Akhirnya saya bulatkan tekad untuk dapat meraihnya.  Saya rancang program untuk menuju kesana.  Ada tiga program besar yang harus saya persiapkan untuk itu, pertama meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris saya dan kedua mempersiapkan persyaratan admnistrasi yang diminta oleh Erasmus Mundus.  Sedang ketiga adalah meningkatkan keberanian saya.  Ayo...

Jujur saya akui, saya kurang termotivasi untuk dapat menguasai bahasa Inggris dalam jangka waktu yang lama.  Masih teringat sewaktu SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi, nilai bahasa Inggris saya tidak dapat dibanggakan, dan selalu saya meringis apabila melihatnya. Saya malu pada orangtua yang telah membiayai dan mendorong untuk belajar.  Tapi saya menyia-nyiakan harapan orangtua.  Maafkan saya Bapak Ibu, anakmu tidak berbakti.  Untuk itu saya perlu berjuang keras untuk menguasainya.  Saya perkuat kemampuan berbahasa Inggris dengan banyak membaca apapun dalam bahasa Inggris.  Biasanya saya membaca dalam bahasa Inggris sambil lalu saja. 

Namun setelah itu saya memaksakan diri untuk lebih memahami.  Apabila saya tidak tahu, saya akan mencari kamus, mencari di Google terjemahan (istilahnya bertanya pada mbah Google) ataupun bertanya pada orang-orang yang tahu.  Menjelang deadline pendaftaran, saya memperkeras upaya untuk dapat berbahasa Inggris.  Saya meminta bantuan Bu Harti (Staf pengajar bahasa Inggris dan Kepala UPT Kursus Bahasa Asing UMM) untuk dapat mengikuti kursus bahasa Inggris.  

Beliau mengijinkan saya untuk mengikuti kursus dengan beberapa teman.  Betapa malunya saya, ketika dites kemampuan TOEFL untuk pertama kali hanya mendapatkan nilai 415.   Aduh, seorang dosen yang sudah guru besar hanya mempunyai kemampuan berbahasa asing yang tidak layak dipampang di papan pengumuman.  Layaknya otak ini ditaruh di tong sampah dan ditenggelamkan ke got, dan dialirkan ke penampungan kotoran untuk biogas, hah.  Rasakan...

Sejak kejadian memalukan itu saya mencoba rajin mengikuti kursus yang dibimbing oleh bu Harti dan Pak Masduki (staff pengajar bahasa Inggris dan Kepala Language Center UMM). Setelah satu bulan lebih saya mengikuti kursus, saya meminta ijin pada pak Masduki untuk diperbolehkan mengikuti test TOEFL yang diadakan secara regular oleh Lembaga tersebut.  Betapa tidak percaya dirinya saya pada saat test akan berlangsung.  Peserta yang mengikuti kebanyakan adalah mahasiswa pascasarjana UIN Malang dan UNIBRAW, sisanya adalah Bapak Aris Winaya (kolega dari Jurusan Peternakan FPP UMM). 

Apalagi salah satu peserta dari UIN Malang yang juga salah satu kolega saya (Mas Saadih Sidik) membuat perjanjian di kelas bahwa peserta yang nilainya lebih rendah harus memberikan hadiah pada peserta dengan nilai tertinggi.  Satu minggu setelah test, pada saat saya sedang berjalan menuju kantor saya, Pak Masduki melambai-lambaikan tangan kepada saya.  Sayapun menghampiri beliau yang dengan wajah gembira memberitahu bahwa nilai TOEFL saya bagus dan tertinggi di kelas tersebut.  Saya tidak percaya, paling pak Masduki hanya menggoda saya saja, supaya saya senang saja.  Namun dengan tertawa beliau meyakinkan saya.  Betapa takjub saya, rasanya melayang.  Alhamdulillah, ternyata kursus yang saya ikuti tidak sia-sia.  Horee...


Wahyu Widodo
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang

من المقطوع: http://www.republika.co.id/berita/komunitas/perhimpunan-pelajar-indonesia/12/10/05/mbck0a-catatan-tinggal-di-eropa-ii-perjalanan-menuju-sujud
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: