"Perjalanan (sekolah) bisa satu sampai dua jam. Mau dikumpulin disatu tempat untuk bangun sekolah berasrama," kata dia di Jakarta, Selasa (25/10).
Ia bearumsi, pembangunan suatu sekolah berasrama di daerah perbatasan, memang tidak akan mendapat siswa yang maksimal. Namun, siswa tidak perlu lagi pulang pergi sekolah dengan menempuh jarak yang jauh.
Ia tidak menampik, pembangunan sekolah berasrama akan menelan biaya yang lebih besar dibanding membangun asrama untuk pelajar di Jakarta. Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mencontohkan, untuk kebutuhan semen di Lanny Jaya, Papua, harus dipasok menggunakan pesawat.
"Jadi terhimpit biaya. Misalnya di sini gedung sekolah bisa 100, di sana hanya 80 karena nggak ada orangnya itu," ujar dia.
Muhadjir menjelaskan rencana pembangunan sekolah ini merupakan tindak lanjut dari sekolah berasrama lainnya yang sudah ada. "Yang sudah ada ini mau kita naikkan. Kemudian yang baru, rencananya 140-an sekolah asrama di wilayah terpencil," kata dia.
Muhadjir berujar, sudah banyak sukarelawan pendidikan di Kabupaten Lanny Jaya. Selama ini, para sukarelawan itu, memanfaatkan gereja sebagai lokasi belajar mengajar. Namun, untuk menjangkau gereja, siswa setidaknya butuh waktu lima jam perjalanan.