REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan meminta para politisi di Indonesia untuk meniru jejak tokoh Muhammadiyah. Pasalnya, banyak tokoh Muhammadiyah telah memberi teladan dalam membangun bangsa.
“Jika ingin demokrasi kita berhasil, demokrasi yang mementingkan etika dan moralitas, serta mengutamakan musyawarah mufakat juga gotong royong, maka tirulah Muhammadiyah,” ujar Zulkifli dalam seminar nasional perkaderan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada akhir pekanl lalu.
Dalam keynote speech-nya, mantan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut sempat bercerita mengenai kondisi saat kongres partainya dilaksanakan di Bali pada awal Merat lalu. “Terjemahan politik kita itu satu orang satu suara. Kalau tidak satu suara tidak demokratis. Semuanya ingin menang-menangan,” katanya.
Sebenarnya, lanjut Zulkifli, demokrasi Indonesia terdiri dari empat konsensus dasar, yakni Pancasila, UUD 45, musyawarah mufakat, dan gotong royong. “Jangan lupakan aspek moral dan etika juga,” pesan mantan menteri kehutanan tersebut.
Menurut Zulkifli, meski banyak fenomena politik yang melanda negara ini, namun Indonesia sudah berada di jalur yang benar. “Ini memang sesuatu yang harus kita lewati, walaupun sudah berada di jalan yang benar, tapi kita juga harus membenahi segala kekurangannya, supaya kedepan demokrasi kita bisa sesuai dengan budaya Indonesia,” jelasnya.
Agar hal tersebut terwujud, imbau dia, kader Muhammadiyah harus punya beberapa hal. “Kader harus mempunyai kemampuan, kompetensi, dan relationship yang cukup,” ucap Zulkifli.
Sementara itu, politikus Partai Golkar Hajriyanto Y. Thohari mengungkapkan, Indonesia adalah salah satu negara yang berhasil melewati masa transisi menuju masa konsolidasi demokrasi. “Indonesia adalah negara yang beruntung. Jika melihat negara-negara seperti Timur Tengah yang mengalami Arab Spring, banyak yang gagal dalam melewati masa transisinya,” kata mantan wakil ketua MPR tersebut.
Indonesia, menurutnya, juga punya prasyarat yang cukup untuk jadi negara maju dan berjaya. “Syaratnya hanya satu, yakni Indonesia harus mampu menghancurkan feodalisme yang ada dalam pemerintahan dan masyarakat,” katanya dalam seminar panel pertama bertema 'Perkembangan Politik Indonesia dan Tantangan Muhammadiyah'.