Anak-anak menonton film
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Minimnya film anak di tayangan televisi Indonesia mendorong Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ingin lebih banyak memproduksi dan mempromosikan film anak bagi khalayak. Salah satunya, melalui gelaran Pesta Film Anak, yang diadakan di Aula Bougenville, Taman Sengkaling UMM, Kamis (29/12).
Pada kegiatan ini, sebanyak 17 film anak karya mahasiswa Komunikasi UMM diputar dan disaksikan sejumlah kalangan masyarakat, terutama anak-anak dan orang tua. Pesta film anak ini merupakan salah satu tugas praktikum Audio Visual (AV) 1 mahasiswa Komunikasi UMM semester 5.
Novin Farid Setyo Wibowo selaku dosen pembimbing praktikum AV 1 menyatakan, televisi Indonesia masih belum mampu menghadirkan film anak yang berkualitas. Maksud dari ‘berkualitas’ ini, kata Novin, yaitu film yang benar-benar memberikan edukasi kepada anak tentang kehidupan.
Tayangan yang ada di televisi, lanjut Novin, kebanyakan sinetron yang melibatkan aktor anak tanpa ada nilai edukasi bagi anak itu sendiri. “Hampir tidak ada film atau tayangan yang benar-benar menargetkan anak sebagai penontonnya,” kata dosen prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu.
Saat ini, papar Novin, tayangan televisi hanya menampilkan judulnya saja yang terkesan anak-anak. Bertolak belakang dengan judulnya, isi film tersebut malah menggambarkan kehidupan orang dewasa sepertu pacaran, kekerasan dan sebagainya. “Dengan dibuatnya tugas praktikum ini, semua mahasiswa bisa paham bahwa perfilman di Indonesia harus dibenahi. Salah satunya dengan menghidupkan kembali film anak,” jelasnya lebih lanjut.
Sebanyak 176 mahasiswa yang terbagi dalam 17 kelompok mengangkat isu yang beragam tentang anak. Pesta film anak itu mengangkat tema “Mengembalikan Identitas Anak Bangsa Dari Modernitas Perfilman”. Menurut Novin, tema tersebut menjelaskan bahwa tayangan televisi yang semakin modern, sedikit demi sedikit menggeser kebiasaan anak dalam kesehariannya.
Pesta film anak itu disebut Novin sebagai pemantik awal, yang akan dijadikan patokan untuk praktikum-praktikum selanjutnya. “Ke depan, praktikum AV 1 akan didesain seperti ini. Mahasiswa akan ditugaskan membuat film yang mengangkat sejarah-sejarah dan kearifan lokal yang tetap dalam lingkup dunia anak,” ungkap Novin.