CUKUP lama berkecimpung di perusahaan telekomunikasi makin menempa kemampuan Anggit Pamungkas dalam bidang kehumasan. Pengalaman komunikasinya dengan banyak orang dan karakter jadi modalnya menekuni profesinya saat ini menjadi staf humas, protokol, dan santel Setda Kota Magelang.
Anggit, begitu akrab disapa menuturkan, sekitar dua tahun bertugas sebagai call center Telkomsel Surabaya. Selama itu pria kelahiran Purbalingga, 25 Desember 1982 ini banyak berhubungan dengan orang lain, khususnya pelanggan Telkomsel.
“Banyak pengalaman didapat, seperti bagaimana menghadapi pelanggan yang sukanya marah-marah sampai yang benar-benar ramah. Semua saya nikmati sebagai sebuah proses menempa diri,” ujarnya kepada Suara Merdeka.
Ilmunya di bidang public relations (PR) saat kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) benar-benar membantunya menapaki dunia pekerjaan. Bahkan, dia sempat mendapat predikat the best agent sebanyak dua kali untuk segmen Simpati.
“Itu dulu pengalaman saya saat di Surabaya. Kini berbeda saat saya menjalani tugas humas yang tuntutannya makin luas. Terutama bagaimana caranya terus menjalin hubungan baik dengan semua elemen masyarakat,” katanya.
Sekitar tahun 2010, suami dari Sonya Warapsari ini bergabung di humas Kota Magelang dengan status pegawai negeri sipil (PNS). Meski berbeda dari kerja call center, ia mampu beradaptasi dengan cepat mengingat ilmu kehumasan tidak jauh berbeda dari ilmu PR semasa ngampus dulu.
“Butuh waktu memang untuk mendalami bidang humas. Tapi, ada prinsip sama yang selalu saya pegang, yakni mencintai profesi. Dengan cinta, seberat apapun pekerjaannya, akan mudah dijalani,” tutur penghobi bernyanyi itu.
Bekerja Profesional
Menurut dia, humas harus pandai berjejaring dan memanfaatkannya dengan baik. Humas juga dituntut mampu menguasai semua urusan dalam pemerintahan.
Begitu pula harus cepat, tanggap, up date, dan valid. Tanpa itu semua, tugas kehumasan akan terasa berat. “Awalnya susah, tapi dengan kemauan tinggi, akhirnya saya bisa. Sampai sekarang, saya pun masih terus belajar. Jangan minder, belajarlah dari senior dan orang lain.
Termasuk belajar dari rekan pers atau media yang sudah pasti sering bersentuhan dengan humas,” paparnya. Meski berhubungan dengan banyak orang, Anggit menilai, seorang humas tetap harus bekerja profesional. Tidak boleh memihak pada siapa pun alias tetap menjadi jembatan atau mediator yang netral.
Terutama jika terjadi gesekan atau konflik antara pemerintah dan pihak lain. Dia harus bisa memosisikan diri di tengah agar konflik yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik. Sudah sekitar enam tahun ini Anggit berkecimpung di humas. Banyak relasi yang sudah dijalinnya dengan baik.
Ia juga pernah meraih prestasi membanggakan, yakni juara 2 lomba menulis features yang digelar Kemenkominfo dalam rangka bimbingan teknis kehumasan dan masuk 9 besar nasional. Meski banyak sukanya, laki-laki berkacamata itu mengaku, tetap saja ada duka dalam menjalani pekerjaannya. Tugasnya yang banyak seringkali menyita waktu lebih dan menguras tenaga.
“Terkadang susah bagi waktu dan jadwal kegiatan. Itu yang butuh ekstra tenaga dan pikiran. Banyak juga cibiran yang menilai kerja humas hanya jalan-jalan dan baca koran saja. Saya tanggapi enteng saja, itu sebagian kecil tugas humas, masih banyak tugas lainnya,” ungkapnya. (Asef F Amani-32)