MALANG - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Imam Suprayogo tidak mempersoalkan siapa yang terpilih sebagai ketua dalam Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta yang dibuka Sabtu (3/7) ini. Hanya saja, Guru Besar Fakultas Tarbiyah UIN Malang ini mengharapkan, ke depan Muhammadiyah tidak berkutat pada masalah ritual saja, namun juga pengembangan keilmuan, peduli persoalan sosial dan membangun profesionalisme yang selama ini belum tergarap.
“Siapa pun yang terpilih tidak menjadi masalah. Yang penting pemimpin itu masih dalam lingkungan Muhammadiyah sendiri. Sebab, kekuatan Muhammadiyah bukan pada organisasi, tapi pada orang-orangnya (akar rumput),’’katanya.
Salah satu bukti kekuatan itu, kata dia, bisa dilihat dari suksesnya Muhammadiyah di sektor pendidikan. Lembaga pendidikan terbangun mulai TK sampai PT di berbagai daerah.
Rela Berkorban Ia menegaskan, lembaga pendidikan itu menjadi maju bukan karena telah tercukupi pendanaan sebagaimana lembaga pendidikan negeri. Namun, semata-mata karena di daerah terdapat tokoh-tokoh yang memiliki jiwa pejuang, memiliki integritas yang tinggi. ‘’Bahkan, juga rela untuk berkorban,”jelasnya.
Sebenarnya, lanjut dia, ada satu keunggulan yang bisa ditiru oleh pemerintah, yakni kejujuran dan pengembangan usaha. “Selama ini tidak pernah terdengar ada korupsi di lingkungan Muhammadiyah. Hal itu karena ada gerakan untuk memberi, bukan menerima seperti di pemerintah. Justru gerakan menerima memicu adanya korupsi,’’tandasnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan akan pesan KH Achmad Dahlan. ‘’Yakni, hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah.’’Pembantu Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang (1983 - 1996) dan Wakil Direktur Pascasarjana UMM (1996) ini menambahkan, kemajuan di sektor pendidikan itu bukan didesain dan dikembangkan secara tersentral dari Pimpinan Pusat, namun hampir semua lembaga pendidikan yang lahir diprakarsai oleh , organisasi Muhammadiyah di daerah (jo-53)