Mental Engineers Indonesia Kurang Terekspos

Author : Humas | Tuesday, March 17, 2015 09:24 WIB | Suara Merdeka -
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SEMARANG, suaramerdeka.com – Rektor Institut Teknologi Bandung Prof Akhmaloka mengakui dahulu jurusan teknik masih dianggap sebagai jenjang pendidikan yang tinggi dan bergengsi. Namun, jpersaingan di dunia kerja kini telah berubah.

“Pendidikan tinggi teknik dulu memang menghasilkan insinyur. Tapi sekarang dengan 8 semester, lulusannya adalah sarjana teknik, bukan insinyur. Jadi bisa dikatakan, yang lulus sekarang ini bukan seorang engineers (insinyur, red),” ungkapnya seperti dilansir dari Radio Idola, Selasa (17/3).

Ia mencontohkan, “Misalnya, sarjana kedokteran bukanlah dokter, karena masih harus ditambah setahun lagi masa pendidikan untuk mendapatkan gelar dokter. Ini termasuk dengan sarjana hukum dan sarjana farmasi,” imbuh Akhmaloka.

Diakuinya, masih banyak peminat yang ingin kuliah di jurusan teknik, namun timbul keraguan dengan karir mereka ke depan apabila bekerja di Industri. Meskipun, ia menambahkan, insinyur yang menggeluti dan menekuni satu bidang tertentu di bidang industri manufaktur bisa memeroleh gaji yang tidak kalah besar dengan seorang manager.

Hal ini menurutnya karena mahasiswa Indonesia masih kurang percaya diri, “SDM orang Indonesia bagus, anak-anaknya pintar. Kualitas anak Indonesia tidak kalah, bahkan sama bagusnya dengan mahasiswa luar negeri, hanya mentality mereka yang kurang terekspos,” tandasnya.

Sementara dihubungi terpisah, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Muhadjir Effendy mengungkapkan selama ini, engineers di Indonesia diakuinya masih kurang bisa bersaing dengan engineers dari negara-negara tetangga.

Meski sebenarnya yang terjadi saat ini adalah, engineers di Indonesia masih bekerja di bidangnya. “Misalnya, Insinyur pertanian bekerja di bank perkreditan, kemudia menangani pertanian. Lalu, insinyur pertanian yang kerja menjadi wartawan, tapi nanti diberi kepercayaan memegang desk pertanian,” jelas Muhadjir seperti dilansir dari Radio Idola, Selasa (17/3).

Hanya saja, yang dikhawatirkannya, “dalam konteks persaingan pada level regional, mungkin kita akan tertinggal dari negara-negara tetangga. Engineers negara-negara tetangga akan meyerbu ke Indonesia, apapbila SDM kita di semua lini lemah,” tandas Muhadjir.

Untuk itu, dirinya sangat mendukung gagasan Presiden Joko Widodo terkait revolusi mental, “gagasan revolusi mental Presiden Joko Widodo sangat bagus untuk mendidik anak-anak didik kita agar lebih berani menghadapi hambatan cultural sehingga bisa menciptakan sesuatu yang berbeda,” imbuhnya.

من المقطوع: http://berita.suaramerdeka.com/mental-engineers-indonesia-kurang-terekspos/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: