SURYA Online, MALANG - Pengelola acara di televisi sudah berusaha menyesuaikan jam tayang dengan penonton yang dibidik. Peranan orangtua sangat dibutuhkan saat anak menyaksikan acara di televisi.
Dalam kuliah tamu bertema Jurnalisme Investigasi di Telivisi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (19/5/2012), Pemimpin Redaksi (Pimred) Trans TV, Gatot Triyanto menyatakan penanggungjawab acara di televisi sudah memperhitungkan penonton yang dibidik dan jam tayang sebelum me-launching program.
Dia mencontohkan acara Smack Down yang ditayangkan salah satu televisi swasta beberapa tahun lalu. Awalnya pengelola televisi menayangkan acara yang dipenuhi aksi kekerasan itu pada pukul 19.00 WIB. Menyadari tayangan ini tidak layak dilihat anak-anak, pengelola acara merubah jam tayang menjadi pukul 23.00 WIB.
“Kalau jam segitu masih ada anak-anak yang menonton, jangan salahkan televisinya. Karena pengelola televisi yakin anak-anak sudah tidur pada segitu,” kata Gatot.
Biasanya acara yang bisa ditonton anak-anak ditayangkan sebelum pukul 21.00 WIB. Bila acara itu hanya dikhusukan untuk penonton dewasa, pengelola acara pasti akan menanyangkan menjelang larut malam. Menurutnya penyaringan acara yang ditonton anak-anak tergantung peranan orangtua.
“Kalau kalian akan menanyangkan hasil peliputan, juga sesuaikan dengan calon pembacanya,” pesan Gatot.
Dalam kuliah tamu itu, Gatot juga berbagi ilmu pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM. Berbagai trik peliputan berita diungkap, diantaranya peliputan investigasi yang membutuhkan banyak tenaga. Menurutnya peliputan investigasi berbeda dengan peliputan berita news.
“Ada 10 kriteria yang harus dimiliki wartawan yang akan melakukan peliputan investigasi. Pertama, kedua, dan ketiga adalah berani. Selanjutnya tangguh, banyak jaringan, berwawasan luas, kritis, dan sebagainya,” ungkap Gatot.
Kedatangan Gatot dalam kuliah tamu itu pun dimanfaatkan calon wartawan ini untuk menimba ilmu. Rata-rata penanya mengemukakan kendalanya saat meliput berita. Seperti yang dikemukakan salah seorang seorang mahasiswa, Nanda. Nanda mengaku sering kesulitan bertemu dengan narasumber untuk wawancara. Padahal sebelum berangkat menuju kantor narasumber itu, dia yakin bisa wawancara karena sama-sama wanita.
Menanggapi hal itu, Gatot mengungkapkan wartawan atau redakturnya harus memiliki trik agar bisa melakukan wawancara. “Apalagi kalau itu peliputan investigasi. Kalau narasumbernya wanita, berarti yang datang harus laki-laki. Itu alamiah,” terangnya.
Penulis: Muhammad Zainudin