Kata Mahasiswi UMM, Mahasiswa Jepang Kerja Terus, Mahasiswa Singapura "Woles"

Author : Humas | Sunday, April 24, 2016 18:02 WIB | Surya -
Kata Mahasiswi UMM, Mahasiswa Jepang Kerja Terus, Mahasiswa Singapura
 
SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
 
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memamerkan prototipe tungku pembakar dengan filter agar tidak ada polusi udara, Kamis (24/3/2016). 

SURYAMALANG.COM, DAU - Para mahasiswa yang mengikuti program Learning Express (LEx) memberikan solusi saat menemukan masalah di Desa Temas, Kota Batu. Mereka berada di desa itu sejak 14 Maret-24 Maret 2016.

Para mahasiswa itu dari Singapore Polytechnic, Kanazawa Institute Technology, Kanazawa Technical College dari Jepang dan UMM (Universitas Muhammadiyah Malang).

Hasilnya, dipamerkan protitipe alat dari permasalahan yang mereka temukan di desa itu di Aula BAU UMM, Kamis (24/3/2016). Salah satunya prototipe yang dipamerkan adalah tempat membakar bahan bakar disertai filter sehingga mengurangi polusi udara di pabrik tahu.

"Kami menemukan masalah polusi udara dari pabrik tahu di desa itu," jelas Arief Rahman Hakim, mahasiswa Psikologi UMM kepada SURYAMALANG.COM di sela acara penutupan LEx di kampus UMM.

Kemudian timnya yang berjumlah 22 orang berusaha mencarikan jalan keluarnya. Tim tahu terdiri dari tujuh orang mahasiswa dariJepang, tujuh orang mahasiswa dari Singapura dan delapan mahasiswa UMM.

"Kami tinggal di desa dan rumah warga untuk melakukan observasi dulu permasalahan di sana," jelas Arief.

Selain itu juga melakukan wawancara dan menbuat konsep idenya untuk mengatasi masalah itu.

Menurut mahasiswa semester 4 ini, ada beberapa problem ditemukan. Namun setelah voting, problem yang perlu segera ada solusinya adalah dampak dari asap usaha rumahan tahu karena menimbulkan polusi udara.

Kebetulan, pemilik usaha itu juga merasa tidak nyaman dengan dampak itu. Karena ia tidak ingin masalah itu menghambat usahanya.

"Kita kemudian membuat konsep mengatasi polusi namun dengan biaya tidak mahal," terangnya. Di pabrik tahu itu bahan bakar yang dipakai adalah kayu dan tempurung kelapa.

Bahan itu untuk menghidupkan api saat proses pembuatan tahu. Sayangnya, filternya tidak berfungsi sehingga keluar asap hitam.

Kemudian dibuatkan konsep baru yaitu sistem pembakarannya dan filter baru. Bahan bakarnya menggunakan batu bara. Di sistem pembakaran yang baru memiliki dua pintu.

Pintu pertama digunakan untuk menaruh air untuk menciptakan ruang. Pintu kedua untuk pembakaran batu bara.

Sedangkan sistem filter baru akan diletakkan di tiap cerobong yang berisi arang aktif dan gambas.

"Setelah ini akan diaplikasi pemiliknya atau tidak, ya terserah. Kami membuatkan prototipenya," kata dia.

Lepas dari itu, mahasiswa UMM merasa mendapat banyak pelajaran di tim dari perguruan tinggi asing.

"Kami sama-sama berpikir mencari ide dan solusi meski mahasiswa UMM dan Kanazawa jadi volunteer," terangnya.

Sementara mahasiswa Singapura yang mengikuti LEx mendapatkan dua kredit di mata kuliah mereka.

Sedang Intan Nurfitria, mahasiswa UMM lainnya menyatakan sempat kaget dengan pola kerja mahasiswa Jepang.

Inok, panggilan akrabnya masuk tim tahu bersama Arief.

"Mahasiswa Jepang itu kerja..kerja terus. Sedang mahasiswa UMM dan Singapura, woles namun serius. Kadang kita juga bercanda," tutur mahasiswa Psikologi UMM ini.

Namun akhirnya bisa memahami pola pikir mahasiswa Jepang. Sehingga tetap bisa bekerja sama. Ia pun merasa mendapat pengalaman bekerja sama dengan mahasiswa luar negeri.

Untuk komunikasi, mereka menggunakan Bahasa Inggris. Untuk menjadi volunteer, mahasiswa UMM dari berbagai fakultas mengirimkan lamaran dan menjalani wawancara.

من المقطوع: http://suryamalang.tribunnews.com/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: