Reaksi siswa ketika memperhatikan guru yang menampilkan ilustrasi yang menggambarkan seorang siswa dianiaya oleh seorang guru, dan menjelaskan langkah-langkah ketika terjadi pelecehan seksual, di Shadabad Sekolah Dasar Perempuan di desa Gohram Panhwar di Johi Pakistan (12/2). Pendidikan seks adalah umum di sekolah-sekolah Barat tetapi pelajaran terobosan ini sedang berlangsung di pedesaan sangat konservatif Pakistan, sebuah negara Muslim dari 180 juta orang. REUTERS/Akhtar Soomro
TEMPO.CO, Malang - Selama tiga tahun terakhir Wan Oktavina Ekawati menjadi duta budaya di Kanada, Kamboja, dan Thailand. Mahasiswa ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ini mengenalkan kesenian dan lagu daerah di Nusantara.
Meski aktif menjadi duta budaya, ia tetap menyelesaikan kuliah tepat waktu. "Bangga memperkenalkan budaya ke negara lain," kata mahasiswa asal Kepulauan Riau, Sabtu, 11 April 2015.
Pada 2011 Wan terpilih sebagai delegasi Indonesia-Canada Youth Exchange Program (ICYEP). Dua tahun berikutnya, Wan mengikuti Conference on the Origin of Peace and Democracydi Phnom Penh, Kamboja. Sedangkan tahun lalu Wan berpartisipasi dalam ASEAN Youth Exchange Program(AYEP) di Thailand.
Sewaktu di Kanada, Wan tinggal bersama orang tua asuh. Selain mengenalkan budaya, Wan juga mengenalkan budaya kesenian negara setempat.
Menurut Wan, terjadi pertukaran budaya antarkedua negara saat dia di Kanada. Selama di Kanada, Wan juga berpartisipasi sebagai relawan di food bank dan play group.
Food bank merupakan rumah zakat maknan yang diberikan bagi orang miskin, tunawisma, dan sedang dalam perjalanan. Sedangkan saat di play group, anak-anak dibiasakan bermain aktif dan mandiri. Serta bersosialisasi dengan kelompoknya dan menjauhkan anak-anak bermain gadget.
Sedangkan dalam konferensi perdamaian di Kamboja, Oktaviana menjelaskan peran Indonesia dalam mendukung perdamaian dunia. Sementara di Thailand fokus mempersiapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Seusai menyelesaikan kuliah, Oktavina memimpikan mendirikan lembaga sosial.