TRIBUNNEWS.COM, MALANG – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) masih menerima progam Darmasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ini.
Padahal perguruan tinggi ini berstatus swasta bukan negeri seperti perguruan tinggi lainnya.
Darmasiswa merupakan program pertukaran mahasiswa asing dengan misi pembelajaran budaya dan bahasa Indonesia.
Kepala Bidang Kerja Sama UMM, Dr Arif Wurianto MS mengatakan UMM sudah ditunjuk sebagai penyelenggara Darmasiswa sejak enam tahun lalu.
Pada tahun ini, UMM diminta mendidik 17 mahasiswa asing dari sembilan negara, seperti Vietnam, China, Polandia dan Korea Selatan.
Jumlah mahasiswa asing tahun ini, kata Arif bertambah dari jumlah tahun lalu, yang hanya 15 orang.
Dibanding 45 Perguruan Tinggi yang lain di Indonesia, jumlah kuota mahasiswa asing progam Darmasiswa di UMM adalah yang terbesar.
“Sebenarnya kami masih ada satu mahasiswa lagi dari Ukraina, tetapi kedatangan dia dibatalkan karena negara tersebut masih dilanda konflik,” kata Arif pada Surya(Tribunnews.com Network), Senin (1/09/2014).
Arif menambahkan para mahasiswa asing ini akan tinggal selama setahun di Indonesia. Aktivitas mereka adalah belajar tentang berbagai kebudayaan Indonesia, dan bersosialisasi dengan warga sekitar.
Untuk menambah pemahaman mereka tentang Indonesia, para mahasiswa asing ini juga akan diberikan kebebasan dalam memilih tempat tinggal.
Mereka diperkenankan tinggal di kos seperti halnya mahasiswa UMM yang lain.
Tak hanya itu saja, Arif juga mengatakan para mahasiswa asing ini akan mengikuti upacara penyambutan mahasiswa baru, atau yang dahulu disebut pembukaan Ospek. Upacara tersebut akan dilangsungkan pada Senin (08/09/2014).
Saat ini para mahasiswa asing tersebut telah tiba di Kota Malang. Mereka tiba pada Senin pagi, lalu disambut dengan pagelaran tari dari Bali.
Lee Ji Ho (25), salah satu peserta dari Universitas Kwang Woon di Korea Selatan mengaku mengikuti progam ini untuk menambah keahliannya dalam berbahasa asing.
Kemampuan ini akan menjadi nilai tawar dirinya dalam mencari pekerjaan nanti, apalagi perusahaan asal negeri ginseng juga sudah banyak yang berinvestasi di Indonesia.
Oleh karena itu ia harus kerja keras agar bisa menyesuaikan diri dengan orang lain, makanan, dan iklim Kota Malang yang menurutnya sangat dingin.
“Malang weather is like an autumn in Korea. Very cold (Cuacanya seperti musim semi di Korea, sangat dingin, red) ,” kata Lee.