Sumber: Viva News
|
VIVAnews - Energi surya matahari dapat kita manfaatkan dalam pekerjaan sehari-hari, Energi tersebut juga bisa digunakan sebagai ladang listrik bagi sistem energi di bumi.
Sebuah studi baru menujukkan bahwa Concentrating Solar Power (CSP) dapat memasok sejumlah permintaan besar mengenai energi pada saat ini.
Menurut jurnal Nature Climate Change, melansir EurekAlert, Senin 23 Juni 2014, sebagai contoh wilayah di Mediterania misalnya, CSP ini dapat memberikan asupan energi sekitar 70-80 persen untuk kebutuhan listrik saat ini. Hal itu menjadi nilai plus karena tidak ada biaya tambahan dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan gas.
"Sistem energi surya dapat memenuhi lebih dari 'lapar' kami terhadap listrik, dengan biaya yang tidak lebih dari apa yang kita miliki," ujar Stefan Pfenninger, Ketua Penelitian yang kini bekerja sebagai Postgraduate Research di Grantham Institute di Imperial College London.
Diketahui, sinar matahari tak selalu menyinari, ada kalanya berawan sehingga surya diserap pasti akan jauh lebih sedikit ketimbang saat cuaca sedang cerah. Seperti photovoltaic (PV) cells yang mengubah sinar matahari langsung menjadi energi listrik dan ketika berawan photovoltaic (PV) cells sulit untuk menyimpannya.
CSP memungkinkan tetap memberikan asupan listrik ketika cuaca berawan. Dalam CSP menggunakan sinar matahari untuk memanaskan cairan dengan dorongan turbin. Dengan kata lain, energi yang telah terkumpul dapat disimpan sebagai panas, lalu diubah menjadi listrik bila diperlukan. Tetapi ini tidak berlaku, bila cuaca berawan atau tidak adanya sinar matahari dalam kurun waktu yang lama.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ke depannya, para peneliti membangun dan pengoperasian sistem CSP di empat wilayah di seluruh dunia yang beragam cuaca, lokasi pabrik, kebutuhan, serta biaya operasionalnya.
Hal tersebut dilakukan untuk melihat lebih dekat apakah CSP dapat membangun sistem listrik terutama yang mengandalkan energi surya matahari sebagai penyedia listrik yang dapat diandalkan oleh konsumen dan memenuhinya sepanjang waktu.
"Kami menemukan ini menjadi mungkin dalam dua daerah yaitu cekungan Mediterania dan Gurun Kalahari di Afrika Selatan," ucap rekan penulis studi, Anthony Patt seorang profesor sistem manusia dan lingkungan.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/515068-afrika-selatan-dilirik-jadi-ladang-energi-matahari