Sumber: Viva News
Alat ini berfungsi sebagai implan sensor. |
VIVAnews - Penelitian terbaru menemukan cara untuk membenamkan sebuah alat pemantau kesehatan ke dalam tubuh. Saking kecilnya, alat tersebut bisa ditanam ke dalam otak, hati, atau jantung.
Penemuan baru di ranah teknologi nirkabel ini memungkinkan energi disuplai ke dalam sebuah alat elektronik mini di dalam tubuh. Alat yang ditanam tersebut bisa difungsikan sebagai sensor kesehatan, pemacu jantung, atau stimulator saraf.
Jika alat elektronik di dalam tubuh kehabisan daya, pengguna bisa mengisi ulang energi hanya dengan menempelkan perangkat berukuran kartu kredit di tubuh bagian luar.
"Dengan metode ini, kita dapat mengirim energi dengan aman ke dalam alat yang tertanam dalam tubuh atau organ manusia, seperti hati atau otak. Mirip seperti sistem Near Field Communication (NFC) yang digunakan oleh sistem pembayaran nirkabel," ujar peneliti Dr. John Ho seperti dikutip The Guardian, Kamis 22 Mei 2014.
Sensor atau alat itu memiliki sensitivitas yang cukup kuat, sehingga tidak harus ditanam dekat dengan kulit, tetapi juga bisa berada jauh di lapisan daging. Ukuran alat dan baterai pengisi daya pun tidak harus tebal dan besar, sehingga bisa dibuat sekecil mungkin.
"Alat tersebut, harus dibuat sekecil mungkin agar bisa ditanam jauh ke dalam tubuh, sehingga bisa berfungsi sebagai alat sensor pencegah atau penahan sakit," jelas Profesor Ada Poon, ketua tim peneliti.
Penemuan ini secara tidak langsung membuka peluang bagi implantasi medis untuk membuat 'perangkat elektrositikal' yang menggunakan stimulasi elektrik untuk mengobati dan mengurangi sakit. Biasanya, penyakit yang membutuhkan pengobatan stimulasi elektrik membutuhkan pengobatan jangka panjang menggunakan pil dan tablet. Penyakit seperti Parkinson sudah menggunakan perawatan dengan teknik stimulasi otak untuk mengendalikan gejala gemetar.
Nantinya, bukan tidak mungkin jika industri kesehatan bisa mengkomersilkan teknologi ini dengan membuat sebuah sensor mini untuk merekam kondisi kesehatan penggunanya, atau menjadikannya sebagai biosensor untuk memantau frekuensi detak jantung, glukosa dalam darah, dan kandungan hormon.
Laboratorium Poon mengklaim berhasil melakukan ujicoba ke hewan. Dia dan tim sedang bersiap untuk mengujinya ke manusia. Namun, untuk melakukan ujicoba itu mereka terlebih dulu membutuhkan izin dari regulator. Untuk mengkomersilkannya ke masyarakat sebagai alat kesehatan pun akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/506406-alat-pemantau-kesehatan-bisa-ditanam-dalam-tubuh