Sumber: Viva News
|
VIVAnews - Peneliti di Universitas California San Diego School of Medicine mampu mempermainkan memori otak. Uji coba ini telah berhasil dilakukan pada otak tikus yang telah dimodifikasi secara genetik.
Dilansir melalui Machinelikeus, Senin, 2 Juni 2014, para peneliti telah memperlihatkan kemampuan untuk secara selektif menghilangkan memori dan bisa mengaktifkannya kembali dengan menstimulasi saraf otak. Saraf otak itu disebut sinapsis yang berada pada frekuensi yang mampu melemahkan dan memperkuat koneksi antar sel otak.
"Kami bisa membentuk memori otak, menghilangkan memori itu lalu mengaktifkannya sesuai keinginan. Cara itu dilakukan dengan memberikan stimulus yang secara selektif dapat memperkuat atau melemahkan koneksi sinaptik pada otak," ujar Profesor Roberto Malinow, ahli neuroscience.
Saat studi dilakukan, para peneliti terlebih dahulu membuat mereka sensitif pada cahaya dengan cara menstimulasi sekelompok saraf optik pada otak tikus. Selain itu mereka juga secara simultan mengirimkan terapi kejut pada kaki hewan itu. Tikus dengan cepat mengenali adanya ketakutan akan cahaya dan sakit pada kaki.
Ketika tikus telah mengetahui rasa sakit dan ketakutan, peneliti melihat adanya perubahan kimiawi pada saraf sinapsis yang telah distimulasi. Perubahan ini mengindikasikan kekuatan secara sinaptik.
Pada tahap percobaan berikutnya, tim peneliti menunjukkan kemampuan untuk melemahkan perasaan tikus dengan menstimulasi saraf yang sama melalui penghapusan memori, melatih saraf optik tikus dengan frekuensi rendah.
Tidak lama kemudian tikus tidak lagi merespons stimulasi saraf asli dengan rasa takut. Hal ini menunjukkan rasa nyeri terhadap cahaya dan terapi kejut telah hilang dari memori otak tikus.
"Kami telah bisa membuat tikus itu memiliki rasa takut, lalu tidak memiliki rasa takut, kemudian merasa takut kembali dengan menstimulasi saraf-saraf pada frekuensi yang memperkuat atau melemahkan sinapsis mereka," ujar Sadegh Nabawi, partner Malinow di lab.
Penemuan ini berpotensi menjadi cikal bakal pengobatan alzheimer. Pasalnya, beta amyloid peptide yang terakumulasi dalam otak penderita Alzheimer telah melemahkan koneksi sinaptik. Hal yang sama yang terjadi saat frekuensi rendah menstimulasi penghapusan memori pada otak tikus.
Sinapsis merupakan titik temu antara dua sel saraf atau hubungan antara dua sel saraf. Otak belajar melalui perubahan melalui kekuatan sinapsisnya dalam menanggapi rangsangan.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/508843-ilmuwan-bisa-hilangkan-memori-lalu-mengembalikannya-lagi